Gus Miftah: Nyinyiran Netizen Soal Melacur Agama Menyakitkan

Gus Miftah Maulana Habiburrohman
Sumber :
  • Instagram Gus Miftah

VIVA – Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Tundan Jogjakarta, Gus Miftah Maulana Habiburrohman, tidak mempermasalahkan tanggapan masyarakat terkait dakwah yang dia lakukan di klub malam maupun di tempat prostitusi.

Rupanya Denny Caknan Konsultasi dengan Ulama Sebelum Nikahi Bella Bonita

Tapi, Gus Miftah merasa yang paling menyakitkan adalah nyinyiran nitizen yang menuding dia melacur agama karena menerima amplop tebal saat berdakwah di klub malam.

"Jadi bagi saya, dari semua sindirian dan nyinyiran nitizen itu, bagi saya yang paling menyakitkan adalah saya dianggap melacur agama. Saya mau ngaji di tempat begitu karena ada amplop yang tebal. Saya tegaskan, saya tidak menerima apapun," katanya kepada tvOne, Kamis 13 September 2018.

Gus Miftah Ungkap Pentingnya Sinergisitas TNI-Polri untuk Capai Indonesia Emas

Dia juga menegaskan bahwa kepergiannya ke Bali adalah dengan biaya sendiri. Dia datang dengan sukarela dan tidak menerima bayaran dari dakwahnya itu.

"Secara sukarela, dan mohon dicatat, kalau saya ke Bali, saya beli tiket pesawat sendiri setiap kali pengajian. Saya menginap di sana, saya cari hotel sendiri," katanya.

Gus Miftah Curiga Jokowi Pilih Bahlil Lahadalia Jadi Menteri Karena Lucu, Bukan Prestasi

Bakan saat melakukan dakwah di lokalisasi Sarkem Jogja, Gus Miftah justru membawa konsumsi, mukena dan sajadah sendiri agar bisa digunakan untuk wanita pekerja malam di tempat itu. Dia juga menegaskan, kedatangannya ke Sarkem untuk berdakwah tidak ada kaitannya dengan amplop.

"Kalau melakukan dakwah di lokalisasi Sarkem Jogja, itu konsumsi, mereka butuh mukena, butuh sajadah, itu saya bawakan. Jadi tidak ada urusan apapun dengan persoalan uang dan amplop," katanya.       

Karena itu, dia tidak mempermasalahkan bila ada orang yang tidak setuju dengan caranya berdakwah. Menurutnya, dakwah juga berhak didapat oleh pekerja hiburan malam. Dakwahnya di kafe dan tempat prostitusi dilakukan secara sukarela.

Gus Miftah tidak mempermasalahkan mereka yang tidak setuju dengan caranya berdakwah. Menurutnya, dakwah juga berhak didapat para pekerja hiburan malam dan setiap ustaz punya cara berdakwa dan kelebihan masing-masing.

Selain itu, dia berusaha menyampaikan dakwah ini dengan caranya dan metodenya sendiri. Dengan segala kekurangannya, Gus Miftah tetap ingin berbagai dengan mereka yang membutuhkan Tuhan.

"Saya berusaha menyampaikan dakwah ini dengan cara seperti ini, ini cara saya, ini metode saya. Saya ingin berbagi dengan mereka yang juga membutuhkan Tuhan," katanya.
 
Mengenai metode dakwahnya ini, Gus Miftah telah meminta fatwa dan petunjuk dari gurunya di Pekalongan, Jawa Tengah, yaitu Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Saat bertemu, dia hanya diminta untuk tetap menjaga niatnya.

"Setelah lama ngaji di cafe, tempat prostitusi itu, saya tanya, saya minta fatwa, minta petunjuk dari Habib Luthfi. Waktu itu saya matur ke kediaman beliau. Beliau menjawab, kalau yang bisa melakukan itu saya, jadi teruskan saja, tidak apa-apa. Tapi yang penting adalah menjaga niat," katanya.


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya