Ketika Guru Imam Samudra Blak-blakan Soal Terorisme

Eks Napi teroris Abu Tholut (bejenggot) beri kuliah menolak paham radikalisme
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dwi Royanto (Semarang)

VIVA – Mantan terpidana kasus terorisme Imam Bayhaqi alias Abu Tholut begitu lantang berbicara tentang pemberantasan terorisme, di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang, Jawa Tengah, Rabu, 19 September 2018. 

Mantan Teroris Poso Dukung Penuntasan Masalah Terorisme di Sulawesi Tengah

Eks pentolan Jamaah Islamiyah yang juga pernah menjadi guru teroris Bom Bali I Imam Samudra itu, begitu mahir menyampaikan studi kritis tentang radikalisme.

Pria berjenggot panjang tersebut pun blak-blakan mengisahkan perjalanan hidupnya yang panjang. Bergabung dengan Jamaah Islamiyah tahun 1985, Abu Tholut bahkan pernah ke Afganistan dan beberapa kali turun langsung ke medan pertempuran. 

Lebaran Aman dari Gangguan Terorisme, Komisi III DPR Apresiasi BNPT

"Saya pernah bertemu dengan pengasuh pondok Ngruki (Abu Bakar Ba'asyir) di Malaysia dan langsung melanjutkan keberangkatan ke Afganistan tanpa berpamitan dengan orangtua, " kata Abu Tholut.

Ustaz yang pernah kuliah di Unnisula dan Universitas Gajah Mada itu juga kritis mengecam ajaran Islamic State of Iraq and Syiria atau ISIS. Menurut dia, ISIS merupakan kelompok khowarij yang bertujuan merenggut hak orang lain. 

Pakar Dukung BNPT Tangkal Konten Radikalisme: Butuh Keterlibatan Banyak Pihak

Atas dasar itu, Abu Tholut akhirnya keluar dari Jamaah Islamiyah (JI) dan Jamaah Ansarut Taujid (JAT) pada 2014 lalu. Di mana kala itu, JAT menyatakan bergabung dengan ISIS. "ISIS merupakan bentuk khawarij masa kini. Ciri-cirinya tidak menghormati ulama dan orang lain yang lebih tua darinya, " katanya.

Di hadapan para mahasiswa, pria yang kini menjadi pemerhati terorisme itu mengingatkan agar mahasiswa berhati-hati dengan ajaran radikal. Ia juga mengajak mahasiswa untuk mendukung Polri dan aparat penegak hukum dalam menumpas terorisme.

Sementara Kasubdit IV Ditintelkam Polda Jawa Tengah, Ajun Komisaris Besar Polisi Guki Ginting menyebutkan, kegiatan menolak radikalisme dan terorisme di kampus sudah menjadi agenda rutin. Salah satu caranya dengan melibatkan eks napi teroris untuk berbicara di hadapan mahasiswa.

"Apalagi survei BNPT menyebut jika 15 kampus di Indonesia katanya terkontaminasi ajaran radikalisme. Karenanya mahasiswa harus terus disadarkan agar mereka menyadari bahwa ajaran seperti itu tidak sepenuhnya tepat untuk mereka," ujar Guki.

Selain Abu Tholut, kegiatan serta deklarasi bersama menolak radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus itu juga diisi pembicara lainnya, seperti Rektor Unimus Pof Masrukhi, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Tafsir serta narasumber dari BNPT, Fadholan Musyafa'.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya