Muara Gembong Miskin Akut, Ridwan Kamil Minta Semua Dinas Benahi Total

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil
Sumber :
  • VIVA/Adi Suparman

VIVA – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menginstruksikan seluruh dinas mengeroyok Kampung Muara Gembong, Kabupaten Bekasi untuk memberantas kemiskinan akut.

Sekjen Gerindra Sebut Prabowo "The New Sukarno"

Menurut Emil, sapaan Ridwan Kamil, kehidupan di kampung tersebut mengalami keterpurukan, mulai dari mata pencaharian ekonomi di kawasan laut hingga akses infrastruktur.

“Saya menitipkan sebuah desa peradaban namanya Muara Gembong. Muara Gembong ini hancur, warganya enggak bisa jadi nelayan karena abrasi satu kampung pernah hilang, kan begitu. Jalan ke sananya hancur, orangnya miskin dan sebagainya,” ujarnya di Gedung Sate, Kota Bandung Jawa Barat, Selasa, 9 Oktober 2018.

Potensi Wakaf RI Capai Rp 180 Triliun per Tahun, Menag Sebut Bisa untuk Bantu Entaskan Kemiskinan

Emil mengemukakan, pembenahan total tersebut akan dijalankan pada 2019. Semua perangkat dinas ditargetkan memberikan kebutuhan, baik dalam mata pencaharian maupun aktivitas lainnya, seperti pendidikan.

“Saya minta dikeroyok dalam waktu satu tahun untuk (dinas) PU ngurus jalan Babelannya tolong sampaikan ke Bekasi. Kemudian abrasinya diselesaikan oleh dinas kelautan, mangrovenya oleh kehutanan, jalur airnya jadi pariwisata,” katanya.

Letakan Batu Pertama Pembangunan Bedah Rumah, Pj Gubernur Sumsel Ungkap Upaya Turunkan Kemiskinan

Tak hanya itu, untuk kemandirian ekonomi warga, pihaknya memberikan keleluasaan pinjaman dana. “Kredit mesranya untuk membangkitkan ekonominya, rutilahu (rumah tidak layak huni) diberesin semua sehingga nanti wartawan bisa lihat before after-nya,” katanya.

Emil menekankan, pembenahan total dilakukan untuk mengembangkan potensi daerah tersebut. “Menjadi desa yang beradab. Sekarang mah kalau Anda ke sana enggak kayak zaman modern, kayak zaman pra kemerdekaan. Bukan hanya kumuh (tapi) hancur tapi mereka bertahan di sana,” katanya.

Menurut Emil, pembenahan kampung tersebut tuntas dalam waktu dua tahun pengerjaan. “Ada yang masih tanah (lantainya), ada yang masih bilik, ada yang kena banjir juga," ujarnya. 

Dia menambahkan, "(Pendidikan) sangat rendah karena (pekerjaan) hanya bisa mengandalkan (profesi) nelayan. Airnya kena abrasi, perahunya enggak bisa melaut, akibatnya kemiskinan akut, satu desa itu, satu kampung." 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya