BMKG: Jangan Sebarkan Hoax Gempa Akhir Februari

Ilustrasi hoax.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Badan Meteorologi,Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa informasi yang beredar mengenai prediksi gempa bumi megathrust yang akan terjadi akhir Februari sebagai kabar bohong (hoax). Prediksi tersebut mengutip situs Ditrianum yang berbasis di Belanda dengan ceroboh.

Gunung Ile Lewotolok Terjadi 94 Kali Gempa Embusan, Menurut Pos Pengamatan

"Masyarakat diminta untuk tidak mengindahkan informasi tersebut dan tidak menyebarkannya ulang," ujar Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhammad Sadly dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, 15 Februari 2019. 

Ia mengatakan, hingga saat ini gempa bumi belum dapat alat maupun teknologi yang bisa memprediksi secara akurat, kapan, di mana, dan berapa kekuatan gempa yang akan terjadi. Situs tersebut, kata Sadly memprediksi gempa berdasarkan geometri planet. 

Badan Geologi Catat Masih Ada Erupsi Kecil dan Potensi Bahaya Gunung Ruang

"Gempa bisa terjadi sewaktu-waktu, kapan saja dan di mana saja. Namun perlu saya tegaskan bahwa hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa secara akurat dan presisi," katanya. 

Namun demikian, Sadly kembali meminta masyarakat untuk tetap mewaspadai potensi terjadinya gempa bumi diseluruh wilayah Indonesia. Mengingat, Indonesia terletak berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur. 

Aktivitas Vulkanik Meningkat, Gunung Ibu di Halmahera Barat Naik Status Jadi Siaga

"Fakta inilah yang perlu dipahami secara menyeluruh oleh masyarakat sehingga tidak dengan mudah mempercayai prediksi-prediksi gempa bumi yang beredar di media sosial dari orang perorang atau lembaga yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan," tuturnya. 

Ia pun meminta kepada media agar tidak memberikan persepsi yang salah maupun "menggoreng" informasi tersebut karena hanya akan menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat. 

Media, kata dia juga harus mengedukasi dan memberi pemahaman penuh kepada masyarakat terkait kondisi geologi Indonesia dan dampaknya terhadap alam Indonesia. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya