Kontroversi Yayasan Barokah, Sosialisasi Narkoba Berujung Ritual Agama

Kapolda Maluku Utara Brigjen Pol Suroto (kanan) bersama Kabid Humas Polda Malut
Sumber :
  • Ifan Gusti

VIVA – Kapolda Provinsi Maluku Utara, Brigjen Pol Suroto mengaku kecolongan mendeteksi aktivitas Yayasan Barokah Surya Nusantara atau YBSN, yang melakukan misi penyimpangan akidah terhadap 500 pelajar, saat menggelar Festival Kebhinekaan dan Sosialisasi Narkoba di Kabupaten Pulau Morotai, Tidore Kepulauan dan Ternate.

Gunung Ibu di Halmahera Kembali Erupsi, Muntahkan Abu Vulkanik Setinggi 2000 Meter

Hal itu, diakui Brigjen Suroto, saat menggelar Coffee Morning bersama awak media di Ruang Rapat Utama Polda Malut, Jumat 1 Maret 2019.

"Kalau dibilang kami salah, oke saya selaku Kapolda ikut bertanggung jawab, karena saya sebagai penanggung jawab Kamtibmas di Maluku Utara," kata Brigjen Suroto.

Pilkada Bupati Halmahera Selatan, Eka Dahliani Siap Lanjutkan Program Mendiang Usman Sidik

Suroto menyadari, ada keterbatasan aparat Kepolisian mengawal setiap jengkal wilayah Provinsi Maluku Utara. Ia mengajak semua pihak ikut mengawal dan menjaga ketertiban masyarakat di lingkungan masing-masing.

"Inilah kepedulian kita semua, saya tidak salahkan siapa-siapa. Ini merupakan kepedulian kita semua. Ini merupakan pelajaran berharga buat kita," terang perwira tinggi Polri yang baru bertugas satu bulan di Maluku Utara.

KPK Sita 10 Bidang Tanah Milik Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba, Salah Satunya Dibangun Hotel

Walau diakui kecolongan, Polda Maluku sudah mengarahkan tim khusus untuk melakukan pengejaran terhadap panitia dan anggota yayasan tersebut hingga ke Jakarta Utara, sesuai alamat yang dikantongi polisi dalam surat kegiatan mereka di Morotai.

"Tim kami sudah di Jakarta, melakukan pengecekan alamat yayasan yang diketahui berada di Jakarta Utara. Namun, di lokasi tim tidak menemukan bagunan yayasan, hanyalah ruko kosong," ujar Kapolda.
 
Sejauh ini, penyidik Polda Maluku Utara sudah melakukan pemeriksaan terhadap 45 saksi, 20 saksi antara lain berasal dari Pulau Morotai, 15 saksi dari Ternate, dan 10 saksi dari Tidore .

"Itulah orang-orang yang terlibat langsung dalam rangkaian kegiatan, sehingga kita bisa menggambarkan bagaimana proses kegiatan itu dari awal hingga akhir, agar kita dapat menyimpulkan nantinya," terang mantan Wakapolda Kalimantan Tengah ini.

Suroto menegaskan, Yayasan Barokah Surya Nusantara awalnya mengajukan proposal ke Pemkab Morotai, terkait kegiatan sosialisasi narkoba pada murid sekolah. Kemudian, proposal tersebut diteruskan Pemkab kepada Diknas Morotai.

Menurut Kapolda, selama proses sosialisasi di sekolah tidak terjadi masalah. Namun, pada 21 Februari 2019, kegiatan berubah dan berujung pada ritual dan ikrar.

"Mereka ikrar, mandi, meniup trompet, dan diberikan biskuit bertuliskan 'Indonesia Diselamatkan'. Mereka ini orang-orang yang tidak jelas, yang masuk dan mengobok-obok ketentraman kita di Maluku Utara," kata Brigjen Suroto.

Sebelumnya, kegiatan festival kebhinekaan dan sosialisasi antinarkoba Yayasan Barokah Surya Nusantara di Kepulauan Morotai, dinilai telah mengusik toleransi umat beragama di Maluku Utara. Kegiatan yang digelar YBSN di pantai Army Doc Pulau Morotai, 21 Februari 2019 lalu, disinyalir membawa misi agama.

Sebab, ratusan siswa sekolah yang mengikuti kegiatan tersebut diminta panitia melakukan ikrar dan ritual khusus yang menggunakan simbol-simbol agama. Komunitas Umat Islam bersama sejumlah pimpinan lembaga ikut protes dan mengecam kegiatan tersebut. Umat meminta aparat segera menindak pelaku. (asp)

Laporan: Ifan Gusti/Ternate

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya