Guru Tendang Siswa karena Terlambat Sekolah, Orang Tua Tak Terima

SMPN 10 Yogyakarta
Sumber :
  • VIVA/Cahyo Edi

VIVA – Seorang siswa berinisial AA yang duduk di bangku kelas VII SMP Negeri 10 Kota Yogyakarta ditendang oleh gurunya karena terlambat datang ke sekolah, Rabu 20 Maret 2019. AA ditendang oleh guru yang juga Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan, Tusidi Karyono di bagian pantat dengan menggunakan punggung kaki.

Sekolah Ini Singkirkan 300-an Buku yang Memuat Konten LGBT

Ibu AA, AMN mengatakan anaknya ditendang oleh guru berawal saat anaknya terlambat datang ke sekolah. Saat itu AA diantarkan oleh AMN ke sekolah. Namun tak lama berselang AA pun pulang kembali ke rumah dalam keadaan menangis. Saat ditanya, AA mengaku ditendang oleh gurunya.

"Anak saya pulang nangis. Saya tanya kenapa katanya digajul (ditendang) gurunya. Saya tanya kok ditendang kenapa katanya enggak ngerti," ujar AMN di rumahnya di Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta, Rabu 20 Maret.

Berkarya dengan Cinta, Terry Persembahan Lagu Istimewa dalam Hawa Surga

Tak terima terhadap perlakuan guru anaknya, AMN pun mendatangi sekolah dan meminta penjelasan. Saat bertemu Tusidi, AMN mendapatkan laporan jika anaknya dianggap nakal, suka berbohong dan merusak fasilitas sekolah. 

Meskipun mengaku jika anaknya cenderung hiperaktif, AMN keberatan jika gurunya menendang anaknya. Menurutnya, guru tak perlu sampai menendang namun cukup memberi sanksi, teguran maupun memanggil orang tuanya ke sekolah.

Kemenag Cairkan Rp66 M Insentif Guru PAI Non ASN, Per Orang Dapat Rp1,5 Juta

"Kalau anak saya nakal ya jangan ditendang. Seharusnya jadi guru tidak boleh seperti itu harusnya dikasih teguran, apa orang tua dipanggil. Kalau saya dipanggil pasti saya ke sini,” papar AMN.

AMN pun kemudian melaporkan kasus ini ke DPRD Kota Yogyakarta. AMN berharap agar guru yang menendang anaknya bisa mendapatkan sanksi dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

Terpisah, Tusidi mengatakan jika saat kejadian, AA memang terlambat datang ke sekolah. Sesuai dengan program ketertiban di SMP 10 Kota Yogyakarta, siswa yang terlambat mendapatkan sanksi harus membersihkan lingkungan sekolah.

Tusidi menyebut saat itu dirinya bertanya kondisi kesehatan para siswa yang terlambat. Jika ada yang tidak sehat, lanjut Tusidi maka sanksi tidak perlu dilakukan.

"Saat saya tanya AA mengaku sakit. Dia bilang pusing sambil jogat-joget seperti mengejek. AA ini dari catatan guru lainnya kerap membuat gaduh di kelas, suka berbohong dan pernah merusak fasilitas sekolah. Dari track record itu kemudian saya tanya lagi ke AA. Tapi justru dijawab dengan ketawa-ketawa," ungkap Tusidi.

"Saya pernah jadi guru bela diri jadi tahu mana yang sakit pucat atau tidak. Saya suruh squat jump, dia tidak tahu. Saya suruh jongkok terpaksa karena saya emosi refleks saya memang menendang pantatnya. Bukan pakai bagian yang menyakitkan. Saya tahu karate jadi saya tahu betul bagaimana. Dalam Islam pun ada konsep memukul boleh tapi di bagian tidak fatal. Saya pakai punggung kaki,” kata Tusidi.

Tusidi menerangkan usai menendang AA, dirinya sempat menasihatinya agar ke depannya lebih baik lagi. Namun saat dinasihati, sambung Tusidi, AA justru merespons dengan tidak baik. Akhirnya Tusidi pun memberikan surat izin pulang kepada AA agar tidak masuk sekolah selama sehari untuk merenungi perbuatannya.

"Saya beri izin pulang saja. Saya sudah enggak tahu mau kasih sanksi apa. Setelah saya izinkan pulang, AA datang ke sekolah dengan ibunya. Saya sudah minta maaf ke ibunya tapi tidak diterima. Saya sebenarnya ingin berkomunikasi dengan ibunya tentang kondisi AA di sekolah. Tapi ibunya bilang biar sama bapaknya saja yang akan datang ke sekolah. Saya tunggu ternyata tidak datang. Kemudian malah jadi seperti ini," kata guru itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya