Logo ABC

Enam Bulan Gempa Palu, Krisis Belum Juga Berlalu

Tombeng menatap laut yang enam bulan lalu mengirimkan bencana. Namun kini laut yang sama memberikan ketenangan pada dirinya.
Tombeng menatap laut yang enam bulan lalu mengirimkan bencana. Namun kini laut yang sama memberikan ketenangan pada dirinya.
Sumber :
  • abc

"Saya ingin tinggal di sana lagi, tapi masih takut," ujar Abdul Azim, seorang penyintas Gempa Palu. Hari ini, tepat enam bulan setelah bencana yang disusul tsunami dan likuifaksi meluluhlantakkan daerah itu 28 September 2018.

Enam Bulan Gempa Palu:

  • Sekitar 4.340 korban meninggal dan 200 ribu warga mengungsi akibat Gempa Palu
  • Warga yang bermukim di jalur gempa dan likuifaksi telah dipindahkan ke "zona aman"
  • Bagi sebagian penyintas, dampak psikologisnya lebih berat dihadapi

"Ada orang yang bahkan belum pernah kembali ke rumah mereka karena masih trauma," katanya.

Sekitar 4.340 orang tewas, dan lebih dari 200.000 warga mengungsi ke berbagai kota akibat bencana ini.

Ketika perhatian publik telah bergeser ke bencana lainnya, para penyintas bencana di Palu dan sekitarnya sampai kini masih menghadapi krisis.

Bagi sejumlah penyintas yang menggambarkan peristiwa itu sebagai kiamat, luka psikologis dan kehidupan pasca bencana menjadi tantangan yang paling sulit.

Dua orang keponakan Azim yang berusia 13 dan dua tahun, tinggal bersamanya dan sudah dianggap sebagai anaknya sendiri. Kedua anak itu terkubur bersama rumah mereka yang ditelan likuifaksi.

"Kejadiannya begitu cepat, dalam hitungan detik rumah saya ambruk dan tanah di bawah rumah amblas," katanya.

"Saya tahu dua kedua anakku itu ada di dalam rumah saat itu," tutur Azim yang tampak berusaha tegar.