Jeneponto Bebas Gempa hingga 50 Juta Tahun, Cocok Jadi Ibu Kota RI

Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Mohammad Yasir (Makassar)

VIVA – Presiden Joko Widodo memutuskan ibu kota Indonesia akan dipindah dari Jakarta ke wilayah baru di luar Jawa. Salah satu daerah di kawasan timur Indonesia pun menjadi pertimbangan untuk menggantikan Jakarta. 

BMKG Sebut Erupsi Gunung Ruang di Sulut Berpotensi Tsunami: Ada Catatan Sejarahnya

Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto menilai, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, paling cocok menjadi ibu kota hingga 1.000 tahun ke depan dari aspek keamanan bencana.

Menurutnya, daerah tersebut aman atau bebas dari bencana besar seperti gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami.

Gunung Ruang Erupsi, Pemkab Sitaro Tetapkan Tanggap Darurat Selama 14 Hari

“Kalau kita berencana ibu kota negara untuk 300 tahun hingga 1.000 tahun, cocoknya di Kabupaten Jeneponto, karena daerah tersebut posisi stabil. Berdasarkan penelitian, 50 juta tahun tidak rawan akan bencana-bencana besar seperti gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami,” katanya di Makassar, Selasa 30 April 2019.

Jeneponto juga merupakan dataran tinggi yang aman dari tsunami, bertanah gersang tapi subur. Lahannya tak gambut, tidak mudah terbakar, dan lautnya yang cukup dalam.

Momen Haru Siraman dan Pengajian Putri Isnari: Persiapan Menuju Pelaminan

“Filosofinya seperti itu di Kabupaten Jeneponto, sehingga Sulawesi Selatan-lah yang paling memenuhi syarat dalam geologi, karena tidak ada titik gempa bumi dan patahan,” ujar pria yang akrab disapa Danny itu.

Secara geologi, katanya, Jeneponto cocok untuk menjadi ibu kota Indonesia, tetapi kepadatannya yang sangat besar dan harga lahan sangat tinggi. Sementara itu, Kota Parepare, kampung halaman mantan Presiden BJ Habibie, dianggapnya kurang layak sebab memiliki titik patahan gempa.

“Ada banyak titik-titik gempa bumi semua itu mulai dari Kota Parepare ke utara hingga Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah. Sedangkan untuk wilayah di sebelah Kabupaten Jeneponto, terdapat patahan di Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bone hingga ke Kabupaten Bau-bau, Sulawesi Tenggara,” ujarnya.

Pemindahan ibu kota negara, menurut Danny, harus dilihat dari rancangan beberapa tahun ke depan. “Itu kaitannya dengan ring of fire, secara alamiah ada seperti itu. Dalam teorikal, ada seperti itu dalam 300 tahun. Jadi, pemindahan ibu kota negara harus dipertimbangkan dengan matang,” katanya.

Jika ibu kota negara dirancang untuk digunakan kurang dari 300 tahun, menurutnya, tidak menjadi masalah seperti sekarang berada di Jakarta. Namun pertimbangannya, sentral bencana-bencana besar ada di Jawa. Jika merancang 300 tahun ke atas hingga 1.000 tahun, hanya ada dua lokasi di Indonesia yang aman dari bencana-bencana besar, yakni di Kalimantan dan Sulawesi Selatan.

“Saya punya data lengkap, sekarang kita bicara Indonesia seribu tahun ke depan. Ada pusat-pusat pertumbuhan baru di Indonesia, bukan hanya di Jawa. Kalau dilihat di Kalimantan, lahannya gambut dan mudah terbakar. Masa kita punya ibu kota negara selalu diselimuti kabut asap," ujarnya.

"Yang kedua, kendala di Kalimantan, kesulitan air bersih karena lahan gambutnya itu: air gambut itu kualitasnya rendah. Ketiga, kendalanya berbatasan dengan negara Malaysia, sehingga rawan dalam pertahanan negara.”

Saat ditanya usulan Wakil Presiden Jusuf Kalla soal Mamuju, Sulawesi Barat, Danny menilai daerah itu tidak cocok menjadi ibu kota negara. Sebab, ada patahan lempengan Bumi yang sangat besar dan terdapat banyak titik gempa bumi.

Selain itu, ada riwayat tsunami besar pernah terjadi di Sulawesi Barat. Titik episentrum di mana-mana dan kedalaman laut yang dangkal di Sulawesi Barat. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya