Tokoh Lintas Agama Serukan Persatuan Umat 'Online dan Offline'

Tokoh lintas agama serukan perdamaian.
Sumber :
  • VIVA/Eduward Ambarita

VIVA – Gabungan organisasi dan tokoh lintas agama menyerukan agar seluruh elemen masyarakat dapat menahan diri pasca pelaksanaan Pemilu 2019. Keterbelahan antarpendukung, khususnya selama Pilpres harus dihentikan agar tidak tercipta konflik berkepanjangan.

Ribuan Pemuda Lintas Agama Demokrasi Siap Gunakan Hak Suara dan Doakan Pemilu Berjalan Damai

Seruan itu terangkum dalam dialog bertema 'Merawat Kerukunan Pasca Pemilu 2019 yang dihadiri ketua majelis dan organisasi kemasyarakatan agama seperti Majelis Ulama Indonesia, PBNU, PP Muhammadiyah, PGI, KWI, PHDI, Permabuddhi, dan Matakin.

"Seruan ini bagaimana kita memitigasi konflik. Supaya ke depan ancaman yang datang dari dalam dan luar yang mungkin timbul, kita semuanya bersatu berjemaah. Secara online dan offline. Antarumat beragama berkumpul biasa," kata Wakil Sekjen PBNU, Imam Pituduh saat menyampaikan pandangannya dalam dialog, Kamis 02 Mei 2019.

Din Syamsuddin: Aksi Bela Palestina Simbol Kebersamaan Bangsa Indonesia yang Cinta Damai

Imam mengatakan, menjaga ketertiban dan kemanan bukan hanya tugas aparat dan pemerintah. Masyarakat atau tiap individu pun punya tugas yang sama yakni menjaga kerukunan. 

Terkait kontestasi Pemilu, ia menyoroti, maraknya konten di media sosial yang memprovokasi warga dengan informasi belum tentu kebenarannya. "Jadi karena kita berada era digital wajib hukumnya untuk hadir di sosmed para netizen bersama - sama menjaga Indonesia agar konten- konten positif membanjiri sosmed bukan negatif," tuturnya.

Pemerintah hingga Tokoh Lintas Agama Ikut Aksi Bela Palestina Besok, Siapa Saja?

Di kesempatan yang sama, Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI, Agustinus Heri Wibowo mengajak semua pendukung kontestan Pemilu menunggu hasil resmi penghitungan suara dari KPU 22 Mei mendatang. 

Pasca pengumuman, ia mengimbau, agar nanti menerima hasilnya dan menghindari hal - hal yang berpotensi perpecahan. Perbedaan pilihan politik harusnya disikapi secara dewasa dalam posisi berpartisipasi dalam 'pesta demokrasi'.

"Nanti ada keputusan resmi mengenai pemimpin yang terpilih, selanjutnya aktif memberi kepercayaan dan wawasan segenap pihak dalam penyelenggaraan pemilu," ujarnya. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya