- VIVA/Jo Kenaru
VIVA – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi atau Menristekdikti, Mohamad Nasir mengimbau seluruh elemen bangsa untuk kembali bersama sebagai saudara dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.
Apapun partainya, apapun pilihannya. Apakah pilihannya 01, pilihannya 02. Hari ini sudah tidak ada lagi 01 dan 02, yang ada adalah NKRI
“Jangan sampai, kita telah melakukan pemilu yang dilakukan secara jujur dan adil langsung umum bebas dan rahasia, setelah itu kita tercabik-cabik. Melalui perbedaan kita bangun kembali, kita rujuk kembali, kita bersama-sama bersanding untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Nasir dalam acara buka puasa bersama di aula Misio Keuskupan Ruteng, Sabtu malam, 25 Mei 2019.
Kedatangan Menristekdikti ke Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur, untuk sejumlah kegiatan antara lain meresmikan Universitas Katolik Indonesia, St Paulus Ruteng yang berganti nama dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan St. Paulus Ruteng. Acara pengukuhan UKI St Paulus Ruteng, akan dilaksanakan pada Minggu 26 Mei.
Perbedaan politik, menurut Nasir, dipandang sebagai jalan untuk menjadi satu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia juga sempat menyinggung kerusuhan yang terjadi pada 21 dan 22 Mei di Jakarta, sebagai tindakan brutal untuk merusak pilar-pilar demokrasi.
“Seharusnya, tidak ada peristiwa 21 dan 22, itu hanya nafsu-nafsu, supaya kita tercabik-cabik. Mari kita merajut bersama untuk membangun negara gemah ripah loh jinawi, kita hidup bahagia sejahtera untuk semua elemen bangsa,” katanya.
Dia mengharapkan, kerusuhan pada 21-22 Mei 2019 lalu, tidak terulang kembali di Indonesia. Dia mengajak seluruh elemen bangsa, mahasiswa, para tokoh agama bergandengan tangan.
Hadir dalam acara buka puasa bersama, Administratur Apostolik Keuskupan Ruteng, Mgr Silvester San, bersama para imam Katolik, Bupati Manggarai, Deno Kamelus, serta sejumlah pejabat Kemenristekdikti.
“Kedatangan saya di sini, sekaligus melakukan buka bersama dalam mempererat persaudaraan dan kasih dalam bingkai NKRI. Ini adalah salah satu wujud kebersamaan antara sesama di antara kita. Cara pandang NKRI itu tidak pernah membedakan mereka beragama apa, mereka dari suku apa, mereka dari kelompok mana, tetapi semuanya adalah warga negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya.
Laporan: Jo Kenaru/ Manggarai-NTT
