Sabu-sabu Disembunyikan dalam Dubur, Gubernur Ganjar: Tindak Tegas!

Gubernur Ganjar Pranowo bersama Kepala BNN Jawa Tengah Brigjen Pol Benny Gunawan memusnahkan barang bukti narkotika di Kantor BNN Jateng, Semarang, Rabu, 29 Mei 2019.
Sumber :
  • VIVA/Dwi Royanto

VIVA – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghadiri pemusnahan barang bukti sabu-sabu yang diungkap Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Tengah, Rabu, 29 Mei 2019. Kasus penyelundupan narkotika itu tergolong unik karena disembunyikan oleh pelaku dalam dubur.

Bandar Narkoba Diringkus, dari Sepasang Kekasih Pengedar Ganja Hingga yang Bersenjata-api

Total 794 gram barang bukti sabu-sabu dimusnahkan. Barang haram itu didapat dari jaringan pengedar Semarang-Batam-Malaysia. Ada dua orang pelaku ditangkap yang masih satu jaringan, yakni Jadi Haryono alias Pakde. Pelaku ditangkap di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan barang bukti sabu-sabu seberat 250 gram. Lalu Dedy Nahumury yang diringkus oleh BNN di Perumahan Marina Garden Batam dengan barang bukti sabu-sabu seberat 650 gram. 

Modus para pelaku yang digunakan pengedar dari Batam untuk masuk ke Jawa Tengah, memasukkan sabu-sabu ke dubur. Total lima kantong kemasan sabu sengaja dimasukkan pelaku di dubur. Sabu-sabu itu bakal diedarkan di beberapa daerah di Jawa Tengah, khususnya Semarang. 

Bea Cukai Musnahkan Barang Bukti Penindakan Satu Kilogram Sabu-Sabu

Ganjar mengapresiasi kerja BNN bersama sejumlah pihak terkait dalam pengungkapan jaringan narkoba itu. Apalagi kasus itu dinilai cukup sulit.

"Mereka (pelaku) polanya tidak ditenteng tapi dimasukkan ke dalam dubur. Dan itu undetected, agak sulit. Maka ketika ada informasi, sudah dideteksi dahulu. Orangnya ketahuan baru dicek. Cara atau modus yang seperti ini harus membuat kita lebih jeli dan hati-hati. Maka kolaborasi ini harus dijalani dengan serius," kata Ganjar. 

Anggota TNI Berhasil Tangkap Pengedar Sabu-sabu Setelah Melihat Gerak Gerik Mencurigakan

Gubernur menginginkan seluruh elemen pemerintahan berkolaborasi memerangi narkoba. Terlebih setelah mengetahui modus operandi yang digunakan pengedar semakin nekat dan tidak masuk akal.

Menurut Ganjar, penggawa bangsa ini punya kepentingan besar karena tidak ingin anak-anak bangsa menjadi hampa atau tidak memiliki harapan. Karena sesuai sifat yang ditimbulkan usai mengkonsumsi, narkoba memang penghancur generasi bangsa. Maka untuk penindakan tidak pandang bulu, semua sama di hadapan hukum. 

"Sebenarnya sudah ada peraturannya, sudah ada undang-undangnya. Tidak perlu sampai pada aturan yang lebih detail. Kita bekerja saja dengan cara itu. Dan saya pernah memecat pegawai yang memakai narkoba, dan ternyata penerimaan PNS soal itu, kan cuma sedikit. Kasihan. Tapi saya tidak mau toleran. Begitu kita toleran soal itu, maka sebenarnya kita tidak tegas soal pemberantasan narkoba. Maka kalau ada yang terlibat, copot saja," katanya.

Selain itu Ganjar juga mendorong agar pemerintah kabupaten maupun kota di Jawa Tengah yang belum memiliki BNN agar segera dirembug agar peredaran narkoba langkahnya makin menyempit. Karena memang tidak semua BNN ada di kota/kabupaten.

"Dulu BNNP ini tidak punya fasilitas. Bagaimana BNNP akan melaksanakan tugas jika mereka tidak punya tempat, maka kita sebagai pemerintah daerah menghibahkan agar BNN punya tempat. Kalau ada kejadian luar biasa solusinya penindakan, kita akan operasi gede-gedean, pasti," katanya. 

Kepala BNNP Jateng Brigadir Jenderal Polisi Benny Gunawan mengatakan meski barang bukti yang disita sedikit, itu modus operandi baru. Bisa jadi narkoba yang belum bisa diungkap BNN jauh lebih besar daripada yang disita. 

"Tiap tahun di Jawa Tengah lebih dari sepuluh kilogram sabu-sabu yang beredar. Untuk Januari sampai Mei ini saja kita telah mengungkap tujuh kasus dengan dua puluh tersangka," katanya. (kom)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya