Kisruh PPDB, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Malang Sulit Ditemui Warga

Kantor Cabang Dinas (Cabdin) Pendidikan Wilayah Kota Malang.
Sumber :
  • Lucky Aditya/VIVA.co.id

VIVA – Kisruh zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online membuat puluhan warga Malang mendatangi Kantor Cabang Dinas (Cabdin) Pendidikan Wilayah Kota Malang dan Kota Batu, Jawa Timur, di Jalan Anjasmoro, Kota Malang, dalam tiga hari terakhir ini. Mereka silih berganti datang, mempertanyakan kisruh zonasi, karena anaknya tak diterima di sekolah pilihan.

Penerapan Zonasi PPDB Sekolah Dinilai Belum Efektif

Deddy Irawan, warga Tajinan, Kabupaten Malang, mengungkapkan dalam tiga hari terakhir dia terus berjuang mempertanyakan nasib anaknya yang terlempar dari sekolah pilihan. Padahal menurut hasil ujian nasional dan zonasi seharusnya anaknya diterima di SMAN 6 Kota Malang.

"Saya sudah 3 hari mau bertanya penyebab anak saya tidak diterima, saya sudah sesuai jalur UN. Penjelasannya dari pihak cabang seharusnya diterima. Nah, saya mau tanya langsung ke kepala cabangnya," kata Deddy, Kamis, 20 Juni 2019.

Ada Apa dengan Zonasi PPDB?

Deddy mengaku setiap hari dia hanya ditemui staf cabdin. Dia pun selalu menunggu kepala cabang hingga pukul 15.00 WIB atau hingga batas waktu operasional kantor. Di hari pertama, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kota Malang dan Kota Batu, Ema Sumiarti, sedang rapat di Surabaya. Di hari kedua sedang sakit.

Warga yang datang silih berganti ke Kantor Cabdin Pendidikan Wilayah Kota Malang dan Kota Batu bermaksud menemui Ema. Menurut salah satu staf cabdin, pada hari ini, Kamis, 20 Juni 2019, Ema sedang ada kunjungan ke SMKN 2 Kota Malang.

Puluhan Rumah di Malang Raya Terendam Banjir

"Kami berniat minta informasi dan penjelasan sistem PPDB hingga anak saya tidak bisa masuk. Nama anak saya Utari Ika, nilai UN 335,5. Sekolah pilihan sesuai zonasi di SMAN 6 Kota Malang dan SMAN 1 Bululawang Kabupaten Malang, seharusnya diterima tapi ini tidak," ujar Deddy.

Deddy mengungkapkan, di sistem online, ada calon siswa yang nilai UN hanya 282 dengan jarak rumah dengan sekolah 5 kilometer sampai 7 kilometer justru diterima. Jarak itu sama, antara rumah Deddy dan sekolah, bahkan jaraknya hanya sekitar 5 kilometer dari Tajinan ke SMAN 6 Kota Malang.

"Awalnya ada nama anak saya, kemarin itu kan sistem PPDB down tadi pagi di akses data berubah semua nama anak saya justru tidak ada. Kejanggalan ini yang mau saya tanyakan," tutur Deddy.

Selain Deddy, kasus lainnya dialami Ali Sadikin, warga Jalan Anala Perum Sawojajar 2, Kabupaten Malang. Dia ayah dari Marsya Aurilia, lulusan SMPN 5 Kota Malang. Ali mendaftarkan Marsya di SMAN 10 Kota Malang, karena jarak sekolah dan rumah cukup dekat.

"Pilihan kedua di SMAN 1 Singosari, padahal jarak sekolah lebih jauh dengan rumah. Nilai UN anak saya cukup tinggi 380,5. Kenapa di SMAN 10 tidak muncul saat pendaftaran online. Ini yang mau saya tanyakan, tapi tidak ditemui oleh kepala cabdin," kata Ali.

Puluhan orangtua lainnya terus berdatangan hingga petang. Bahkan suasana sempat memanas lantaran orangtua merasa tidak puas dengan jawaban staf cabdin. Orangtua rata-rata ingin mempertanyakan langsung kisruh PPDB yang terjadi saat ini. Bahkan puluhan orangtua berencana mendatangi gedung DPRD untuk mengadu tentang persoalan PPDB online. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya