Muhammadiyah: Politik Partisan 01 dan 02 Sudah Berakhir

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir
Sumber :
  • VIVA / Cahyo Edi (Yogyakarta)

VIVA – Muhammadiyah memberi selamat kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin menyusul putusan Mahkamah Konstitusi yang menolak gugatan rival mereka atas sengketa pemilu presiden 2019.

Government Targets on Acquiring 61 Percent Freeport Share

"Diucapkan selamat kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf atas terpilihnya sebagai presiden dan wakil presiden RI 2019-2024 dengan amanat yang sangat berat," kata Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 28 Juni 2019.

Haedar juga mengapresiasi sikap Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang dengan ikhlas menerima putusan Mahkamah. Sikap itu menunjukkan sikap sebagai seorang negarawan, juga "sebagai contoh keteladanan politik bangsa."

Freeport Boss Meets Jokowi to Discuss Mining Contract Extension

Setelah putusan Mahkamah, Haedar mengingatkan, perselisihan politik sudah selesai, dan karena itu pula berakhir pula politik partisan yang mengatasnamakan pendukung kandidat 01 atau 02. Masyarakat harus melebur dan bersatu lagi untuk bangsa Indonesia.

Indonesia, katanya, masih punya tugas dan tantangan berat sehingga dibutuhkan persatuan dan kesatuan. "Karenanya politik partisan 01 dan 02 sudah berakhir serta tidak perlu diperpanjang dalam isu dan kepentingan apa pun; yang ada adalah satu keluarga besar Indonesia."

Jokowi Launches Permanent Housing After Disaster in Central Sulawesi

Haedar juga mengingatkan agar kepentingan bangsa dan negara haruslah di atas kepentingan golongan. Jangan ada keterbelahan politik sebagai dampak pemilu, sehingga aka melemahkan persatuan Indonesia.

Presiden dan wakil presiden terpilih adalah pemimpin segenap elemen bangsa, bukan pemimpin salah satu golongan atau pendukung saja. Maka presiden dan wakil presiden terpilih harus bisa mengayomi seluruh rakyat.

"Rekonsiliasi politik dan kultural menjadi keniscayaan dari suruh pihak secara autentik dan sungguh, bukan sebagai retorika publik," ujarnya. [mus]

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya