Said Aqil: Beda Suku dan Agama di Timur Tengah Jadi Sumber Konflik

KH. Said Aqil Siradj
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau NU, Said Aqil Siroj kembali meminta masyarakat untuk menghargai dan menghormati keberagamana budaya dan agama yang ada di Indonesia.

Menko Airlangga Cermati Konflik Timur Tengah: Kita Ambil Langkah Guna Redam Dampak bagi Perekonomian

Itu ditujukan, supaya perpecahan antarmasyarakat Indonesia tidak terjadi sebagaimana kondisi negara-negara Timur Tengah hingga kini.

Kata Said, porak-porandanya negara-negara seperti Irak, Suriah, Libia hingga Mesir, seperti saat ini, tidak terlepas dari kentalnya perbedaan suku dan agama yang ada di negara-negara tersebut. Itu sesuai, dengan kajian ilmiah Samuel Huntington yang berjudul Clash of Civilization atau perang peradaban.

Perang Lawan Israel, Begini Kekuatan Militer yang Dimiliki Iran

"Bahwa perbedaan agama dan suku menjadi faktor utama perang saudara atau konflik, bukan lagi faktor ekonomi politik, tetapi budaya-suku," kata dia, saat memberikan sambutan di acara Harlah ke-21 PKB, di Jakarta, Selasa malam, 23 Juli 2019.

Namun, lanjut dia, kajian ilmiah tersebut sulit dibuktikan di Indonesia. Tidak lain, karena masyarakat Indonesia, memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, serta dibalut dengan keimanan. Sehingga, keberagaman suku, budaya, dan agama yang di Indonesia, tidak menciptakan perpecahan sebagaimana yang terjadi di Timur Tengah.

5 Negara Arab yang Bisa Tekuk Lutut Militer Israel dan Selamatkan Palestina

"Perbedaan agama dan suku tidak masalah di Indonesia, karena nasionalisme bagian dari iman. Anda seorang nasionalis harus beriman, Anda beriman harus nasionalis. Di Timur Tengah, mudah sekali konflik, karena tidak punya hubbul wathon minal iman," tegas Said.

Karena itu, Said meminta, supaya masyarakat Islam sebagai mayoritas di Indonesia, jangan pernah sekali-kali mencaci maki agama orang-orang minoritas yang memiliki keimanan dan keyakinan yang berbeda. Misalnya, dengan menyebut mereka sebagai orang kafir.

"Yang paling penting, NU menganjurkan tidak boleh memanggil kafir kepada teman kita, tetapi non-muslim. Kafir itu menyakitkan sekali. Kedua, prinsip NU, PKB, tasamuh, toleran, tak mungkin terwujud tanpa akhlakul kharimah. Kalau ada orang tidak toleran, berarti akhlaknya tidak beres," ungkap dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya