Waspada Radikalisme, Rektor UI: Jangan Ujug-ujug Salahin Kampus  

Rektor Universitas Indonesia Prof. M. Anis
Sumber :
  • VIVA/Zahrul Darmawan

VIVA –  Rektor Universitas Indonesia (UI) Profesor M. Anis mengklaim kampus yang dipimpinnya terbebas dari paham-paham radikalisme. Anis justru mempertanyakan survei atau riset yang menyebut paham ekstrem itu tumbuh subur di sejumlah perguruan tinggi.

Lebaran Aman dari Gangguan Terorisme, Komisi III DPR Apresiasi BNPT

“Kan dari dulu di UI enggak ada. Kalau dari daftar yang beredar, kami yang paling rendah. Jadi menurut saya radikalisme itu enggak ada di dalam kampus. Mungkin yang ada itu adalah intoleran, itu mungkin ada, walaupun jumlahnya sangat kecil,” katanya saat ditemui di Balai Sidang UI Depok, pada Rabu 31 Juli 2019

Anis mengatakan, pihaknya telah sangat serius mengantisipasi adanya paham radikal maupun intoleran tumbuh di dalam kampus. Salah satunya ialah dengan menerapkan sejumlah program-program diantaranya, AKU ID atau aku Indonesia.

Pakar Dukung BNPT Tangkal Konten Radikalisme: Butuh Keterlibatan Banyak Pihak

“Aku ID ini dimana kita membangun simbol itu untuk menciptakan rasa cinta tanah air, kebangsaan, kebersamaan, rasa ingin berkontribusi, berkarya dan sebagainya. Kami ada juga forum kebangsaan, nah ini merajut semuanya dalam tatanan bagaimana kita menumbuh kembangkan rasa cinta tanah air.”

Anis kembali menegaskan, paham radikal tidak ada di UI. “Enggak ada, saya berani bilang enggak ada. Tapi kalau kemungkinan ada kelompok kecil yang intoleran mungkin ada,” katanya

Senada dengan BNPT, Guru Besar UI Sebut Perempuan, Anak dan Remaja Rentan Terpapar Radikalisme

Pemikiran intoleran, lanjut Anis, kemungkinan bisa tumbuh akibat pengaruh pihak luar. 

“Tapi ini kan yang ramai di tatanan besarnya, dikaitkan dengan politik identitas dan sebagainya. Ini ada peran eksternal,” ujarnya

Hal yang paling dilakukan para pelakunya ialah dengan menyebarkan pemikiran tersebut melalui sarana media sosial. “Paling gampang itu medsos, kedua jalur komunitas, asrama atau komunitas tempat kos, macam-macam,” tuturnya

Anis menegaskan, jangan semua disudutkan pada dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi.

“Ya kita kan harus yakin secara nasional, jangan ujug-ujug disalahin universitas. Universitas kan komponen bangsa, emangnya komponen bangsa cuma universitas. Semua di kementerian pun ada, jangan tiba-tiba yang diserang universitas,” ucapnya.

Anis menambahkan, “ Kita kan sama-sama komponen bangsa, ayo kita sosialisasikan bagaimana kebhinekaan itu sebagai suatu keunggulan Indonesia.”

Selain dengan sederet program yang telah digulirkan, langkah terpenting lainnya untuk menangkal paham tersebut adalah dengan mengedepankan sikap saling peduli. 

“Kita sadarkan bahwa perbedaan itu memang kodratnya, enggak mungkin semua manusia terlahir sama. Karena kita hidup di Indonesia ini prinsip-prinsip negara kesatuan, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, itu semua perekat kita,” tuturnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya