Rektor Unram Sebut Tak Ada Kelompok Keagamaan Ekslusif di Kampusnya

Rektor Unram, Prof. Lalu Husni bersama mahasiswa mendengar ceramah di masjid.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Rektor Universitas Mataram (Unram) Prof. Lalu Husni, membantah kampusnya terpapar radikalisme. Selama ini aktivitas mahasiswa selalu terbuka pada kampus, sehingga tidak ada kelompok keagamaan yang ekslusif, seperti hasil riset Setara Institute.

Lebaran Aman dari Gangguan Terorisme, Komisi III DPR Apresiasi BNPT

Hal itu dikemukakan Lalu Husni menanggapi hasil riset Setara Institute, April 2019. "Selama ini kegiatan mahasiswa selalu terbuka. Masjid kampus juga kami kontrol, jadi kegiatan di masjid semua diketahui rektor," ujarnya ditemui di Mataram, Sabtu, 3 Agustus 2019.

Sebelumnya, Setara Institute mengeluarkan hasil riset daftar 10 perguruan tinggi negeri di Indonesia yang terpapar radikalisme. Radikalisme disebut disebabkan adanya kelompok keagamaan yang ekslusif seperti salafi-wahabi, tarbiyah dan tahririyah. Universitas Mataram (Unram) disebut sebagai salah satu kampus terpapar radikalisme.

Pakar Dukung BNPT Tangkal Konten Radikalisme: Butuh Keterlibatan Banyak Pihak

Lalu Husni mempertanyakan riset yang dilakukan Setara Institute, yang belum dilakukan izin penelitian atau permohonan mengajukan pendamping. 

Dia mempertanyakan metode riset yang dilakukan Setara Institute sehingga cepat mengambil kesimpulan Unram terpapar radikalisme. "Jadi jangan hanya mewawancarai satu dua mahasiswa atau survei satu dua hari terus langsung menyimpulkan," ujarnya.

Senada dengan BNPT, Guru Besar UI Sebut Perempuan, Anak dan Remaja Rentan Terpapar Radikalisme

Lalu Husni juga mempertanyakan apakah sample riset yang diambil sesuai kaidah keilmuan. Dia meminta jangan karena busana yang dikenakan mahasiswa, sehingga menyimpulkan mereka terpapar radikalisme.

Saat ini, menurut dia, Unram telah menggelar diskusi rutin setiap hari Jumat, dengan mengundang ahli di bidang agama yang akan membantu meluruskan paradigma yang sempit soal agama, sehingga dapat menjauhkan mahasiswa dari paham radikalisme.

"Tapi sekecil apapun perhatian pihak luar pada kampus tetap kita hargai. Kita juga sering melakukan diskusi tidak hanya keagamaan tapi juga kebangsaan. Apa yang ada di pikiran mahasiswa, kita diskusi sehingga dia terbuka wawasannya," ujarnya.


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya