6 Keunikan Seputar Paskibraka, Ternyata Ada Kontroversi

Presiden Joko Widodo bersama Paskibraka 2019
Sumber :
  • setkab

VIVA – Presiden Joko Widodo, mengukuhkan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka 2019. Pengukuhan dilakukan di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2019.

Respon Ketua BEM UI Terkait Tantangan Ajakan Anggota TNI untuk KKN di Papua

Dilansir dari laman Setkab, ada 68 anggota Paskibraka 2019. Terdiri dari 34 provinsi, di mana setiap provinsi memiliki dua perwakilan. Diolah dari berbagai sumber, berikut sejarah Paskibraka seperti dirangkum VIVA.co.id. 

1. Setahun setelah kemerdekaan

Warga Bireuen Pasang Bendera Bulan Bintang di Kantor Polsek Samalanga Aceh

Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat Ibu Kota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Memeringati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-1, Presiden Soekarno memerintahkan salah satu ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar, untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. 

Pada saat itulah, di benak Mutahar terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air, karena mereka adalah generasi penerus perjuangan bangsa yang bertugas.

Belasan Anggota TNI Resmi Jadi Tersangka Pengeroyokan 4 Orang di Depan Polres Jakpus

2. Formasi dari Proklamasi Kemerdekaan

Pada 1967, Husein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Soeharto, untuk menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, dia kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi tiga kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:

Pasukan 17, pengiring (pemandu), pasukan 8 adalah pembawa bendera (inti) dan pasukan berjumlah 45 adalah pengawal. Jumlah itu merupakan simbol dari  Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

3. Perwakilan provinsi

Mulai 17 Agustus 1968, petugas Paskibraka atau Pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan provinsi. Setiap provinsi diwakili sepasang pria dan wanita. 

4. Dua putri Soekarno pembawa baki 

Dua putri Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno yaitu Megawati Soekarnoputri dan Rachmawati Soekarnoputri pernah menjadi Paskibraka. 

Rachmawati menjadi anggota Paskibraka pada 1966. Sementara Megawati menjadi Paskibraka pada 1955 dan 1964. Megawati bahkan pernah menjadi pembawa baki yang bertugas menerima bendera dari ayahnya Soekarno. 

5. Dikukuhkan oleh Presiden 

Setelah melaksanakan latihan selama kurang lebih tiga bulan, Paskibraka dikukuhkan oleh Presiden di Istana Merdeka menjelang beberapa hari upacara Kemerdekaan.

Dilansir dari laman Setkab, untuk Paskibraka 2019, ada 68 anggota Paskibraka 2019 dari 34 provinsi, di mana setiap provinsi memiliki dua perwakilan. 

6. Busana menuai kontroversi 

Kementerian Sekretaris Negara akhirnya angkat bicara mengenai kesimpangsiuran kabar mengenai Pakaian Dinas Upacara atau PDU anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka 2019.

Asisten Menteri Kemensesneg Setya Utama, akhirnya angkat bicara terkait kontroversi tersebut. 

"Jadi untuk anggota Paskibraka kita putuskan bagi yang memakai hijab memakai celana panjang. Dan yang tidak pakai hijab masih pakai rok. Ini penting supaya menjelaskan kebijakan kita," tutur Setya.

Meskipun anggota Paskibraka yang memakai hijab tidak sedikit, tetapi kebijakan itu diambil mengingat kostum yang digunakan oleh para tamu beragam. 

Ada 22 anggota Paskibraka yang mengenakan hijab. Sementara itu, 12 orang tidak. Setya mengatakan, hal ini juga menandakan keberagaman. Perbedaan anggota yang mengenakan celana dan rok, menurutnya bukan menjadi masalah.


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya