Kemenkumham Bicara Penyebab ASN Terpapar Radikalisme

Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

VIVA – Inspektur Wilayah 3 Kementerian Hukum dan HAM Ahmad Rifai mengatakan, adanya aparatur sipil negara (ASN) yang terpapar paham radikal dan intoleran akibat keterbatasan keilmuan keagamaan.

"Ini karena keterbatasan keilmuan keagamaan, saya hidup di tengah masyarakat santri," kata Rifai di Jakarta, Selasa, 10 Desember 2019.

Menurut dia, para ASN yang terpapar radikalisme dan intoleran itu kebanyakan karena tekstual. Artinya, mereka memahami agama secara tekstual.

"Kemudian, mereka bisa dibilang dangkal dari sisi keilmuan keagamaan," ujarnya.

Maka dari itu, Rifai mengatakan, pemerintah sangat hati-hati dengan mereka yang terpapar paham radikal dan intoleran. Sebab, kalau dibiarkan bakal menjadi masif dan luar biasa.

"Jadi, sebetulnya niat baik pemerintah supaya keharmonisan tetap terjaga di NKRI," jelas dia.

Sejarah radikalisme zaman Rasulullah

Rifai menceritakan radikalisme sejak zaman Rasulullah SAW, yaitu Dzul Khuwaishirah. Saat itu, Nabi Muhammad SAW membagikan rampasan perang dan dia kurang sopan santun menuding Rasul tidak adil dalam membagikan rampasan tersebut.

Sri Mulyani Pastikan THR ASN Cair H-10 Lebaran

"Rasul agak marah, siapa lagi yang engkau anggap adil selain Allah dan Nabi-Nya?" kata Rifai.

Pada saat itu, Umar bin Khatab sudah hampir mencabut pedang dan meminta izin kepada Rasul untuk memenggal orang tersebut (Dul Khuwaishirah) karena tidak punya sopan santun dan tata krama.

Cek Rekening! THR PNS hingga Pensiunan Cair Hari Ini

"Tapi, Nabi main hak asasi manusia (HAM). Biarkan dia pergi, silakan kamu pergi jangan ganggu kami," ujarnya.

Setelah itu, kata Rifai, Rasulullah mengingatkan kepada para sahabat bahwa orang maupun turunan seperti ini akan membuat kerusakan di muka bumi. Nah, itulah cikal bakal yang namanya kelompok khawarij.

Mantan Napiter Dukung Upaya BNPT Lindungi Perempuan dari Radikalisme

"Kelompok ini keluar dari mainstream Rasul," ucapnya.

Ia melanjutkan puncaknya itu saat perang shiffin, terbukti bahwa kelompok khawarij turunannya diadu domba dalam peperangan antara Bani Muawiyah Ibnu Sofyan dengan Ali ibn Abi Thalib.

Rifai mengatakan, ketika Ali sudah melakukan tahkim arbitrase perdamaian, kelompok khawarij tidak mau. Bahkan, sampai dibunuhnya Sayyidina Ali saat salat subuh oleh Abdurrahman ibnu Muljam.

Padahal, kata dia, Abdurrahman ibnu Muljam adalah seorang penghafal Al-Qur'an tapi tidak mempelajari isinya. Nah, yang Nabi katakan akan lahir turunan-turunan dari yang namanya Dzul Khuwaishirah atau khawarij. Mereka ibadah salatnya luar biasa, tapi mereka sedikit dangkal dalam isi substansi ajaran agamanya.

"Dia bunuh Ali bin Abi Thalib lagi salat subuh, bayangin. Yang bunuh bukan orang lain, Muslim juga. Inilah mulainya dia menghalalkan segala cara, itulah yang namanya radikal kalau sudah terjadi. Sangat berbahaya, ini awam belum banyak paham, Maka pentingnya pelajaran sejarah ini untuk penguat, di samping ya kita kebangsaan nasionalisme," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya