Bos Krakatau Steel Khawatir Pasar Nasional Masih Didominasi Baja Impor

Direktur Utama PT Krakatau Steel, Silmy Karim.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA – Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk, Silmy Karim, mengaku khawatir, pasar baja nasional masih akan didominasi produk-produk baja impor yang didatangkan dari China. Sebab, dikatakannya, potensi konsumsi baja nasional masih sangat tinggi hingga saat ini. 

Dukung Geliat Pegolf Muda, KS Gelar 53th Giving Gratitude Golf Tournament

Dia mengungkapkan, secara tahunan, pertumbuhan konsumsi baja nasional masih mengalami pertumbuhan lima sampai tujuh persen. Terlebih, Pemerintahan Presiden Joko Widodo pada periode keduanya masih mencanangkan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas.

"Prospek industri baja terus terang dalam kaitan perang dagang ada tekanan, apalagi di luar itu ada turn over dari otomotif. Tapi buat Indonesia pertumbuhan konsumsi ada saat ini," kata dia di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis, 21 November 2019.

Purwono Widodo Diangkat Jadi Dirut Krakatau Steel

Meski pertumbuhannya masih bagus, lanjut dia, konsumsi per kapita baja di Indonesia masih terbilang sedikit dibandingkan negara-negara lainnya. Karena itu, dia meyakini, bahwa seharusnya industri baja nasional masih bisa terus berkembang.

Dia mengungkapkan, konsumsi baja di Indonesia baru mencapai 50 kg per kapita per tahun. Sedangkan Korea Selatan mencapai 1.100 kilogram per kapita per tahun dan Singapura maupun Malaysia sudah di kisaran 300 kg per kapita per tahun. 

Krakatau Steel Proyeksikan Cetak Laba US$88 Juta di 2023

"Jadi kita konsumsinya itu masih seperenam Malaysia seperenam Singapura. Nah potensi ada, cuma siapa yang menikmati potensi ini, apakah impor atau Indonesia. Kalau kita andalkan impor, neraca perdagangan kita tertekan akhirnya rupiah tertekan," katanya.

Untuk itu, dia meminta, supaya Pemerintah benar-benar mau memperbaiki pasar baja nasional. Jika pasarnya kondusif dan tidak dibanjiri impor dari negara lain, khususnya China yang nilai impor bajanya telah mencapai 6 juta ton di Indonesia, dikatakannya industri baja nasional akan sehat dan neraca perdagangan Indonesia juga bisa sehat.

"Makanya kita harus siapkan industri baja ini swasembada untuk kurangi tekanan impor, bukan Krakatau Steel saja tapi industri baja harus sehat. Sehingga enggak menekan neraca perdagangan Indonesia, ini kan nomor tiga loh (kontribusinya) setelah minyak," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya