TVRI Ternyata Utang Rp48 Miliar Buat Bayar Hak Siar Liga Inggris

Gedung TVRI Senayan, Jakarta Pusat
Sumber :
  • vivanews/Andry

VIVA – Anggota Dewan Pengawas LPP TVRI, Pamungkas Trishadiatmoko, menjelaskan program Liga Inggris dalam tayangan TVRI menjadi salah satu pemicu gagal bayar ataupun munculnya utang skala kecil seperti Jiwasraya. Sebab, tagihan dan pajak program itu mencapai Rp27 miliar.

BNI Bakal Terbitkan Global Bond US$500 Juta, Jadi Incaran Investor Asing

"Dewas tanggal 9 Juli meminta penjelasan terkait penayangan Liga Inggris mengenai hak siar, mengenai biaya, sumber anggaran, pola kerja sama, perjanjian dan lainnya," kata Pamungkas dalam rapat bersama Komisi I DPR di kompleks parlemen, Jakarta, Selasa 21 Januari 2020.

Menurutnya, tayangan luar negeri itu sangat pelik dalam kontrak-kontraknya. Lalu, pada 16 Juli, ada surat dari direksi memberikan beberapa informasi tanpa ada data-data pendukung kontrak. 

Artis hingga Komedian Inggris Minta Pemerintahnya Setop Ekspor Senjata ke Israel

"Surat ini sedikit sumir, tanggal 17 Juli Dewas mengadakan rapat, untuk meminta penjelasan direksi mengenai surat tersebut. Ternyata alhamdulillah pada tanggal tersebut direksi memenuhi keinginan Dewas kemudian memberikan penjelasan tanpa dokumen dan tanpa seluruh hal-hal terkait yang kita mintakan. Hanya diberi penjelasan," kata Pamungkas.

Selanjutnya, pada 18 Juli, Dewas melayangkan surat yang mengharuskan direksi menaati peraturan perundangan dan tertib anggaran. Termasuk bagaimana kontrak, studinya, TOR-nya dan pembiayaannya.

Polri Ungkap Mahasiswa Korban TPPO di Jerman Banyak Terlilit Utang

"Pada penayangan perdana 10 Agustus. Kemudian, Dewas tidak menerima beberapa kontrak, maupun penjelasan yang terkait Liga Inggris mulai Agustus sampai Oktober melalui surat," kata Pamungkas.

Ia menjelaskan Dewas hanya menerima perjanjian induk. Lalu, pada 31 Oktober, TVRI mendapatkan tagihan atas penayangan Liga Inggris.

"Kami mendapat informasi pada tanggal 31 Oktober. Adanya tagihan invoice dari GMV (Global Media Visual) untuk Liga Inggris dengan pajak senilai Rp27 miliar dan jatuh tempo pada 15 November 2019," kata Pamungkas.

Padahal, dalam Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) 2019 disepakati dan disahkan oleh Dewas, pada tahun 2019 tidak terdapat anggaran pembayaran. Lalu, pada RKAT 2020 juga tidak ada rencana pembayaran. 

"Kemudian, ada potensi yang lain. Sesuai dengan kontrak pada tahun 2020 TVRI terdapat kewajiban bayar utang Liga Inggris itu Rp27 miliar. Yang akan di carry over tahun 2020 plus akan ada tagihan 1,5 Juta USD atau Rp21 miliar di luar pajak (jika ditotal Rp48 miliar)," kata Pamungkas.

Ia menambahkan pada September 2020 akan ada tagihan lagi senilai Rp1,5 juta USD atau senilai Rp21 miliar di luar pajak. Karena tak ada dalam RKAP maka tak bisa dibayar penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

"Sehingga terdapat kewajiban yang harus bayar. Ini belum gagal bayar ya. Karena tidak ada di RAKP, kemungkinan tidak bisa dibayar PNBP, karena PNBP tak bisa bayar utang senilai Rp69 miliar, belum termasuk pajak, belum termasuk biaya-biaya lain," kata Pamungkas. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya