Profesor IPB Sebut Kelelawar Memang Umum Membawa Virus, Corona?

Pantai Kelelawar, Sulawesi Tenggara
Sumber :
  • VIVA.co.id/Kamarudin Egi

VIVA – Dokter hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof.drh. Agus Setiyono, MS, PhD. APVet menjelaskan kelelawar dapat bermigrasi ratusan kilometer dalam sehari untuk mencari makanan. Diketahui sebelumnya sempat ada dugaan bahwa virus Corona dibawa oleh kelelawar walau belum diteliti lebih lanjut.

Mengenal Flu Singapura yang Akhir-akhir Ini Merebak di Indonesia

Dari sifatnya ini memungkinkan penyebaran virus dari satu tempat ke tempat lain.

"Jadi kemudian kelelawar yang di Wuhan China tadi mungkin enggak kelelawarnya sampai Indonesia? Bisa jadi mungkin atau sebaliknya, kelelawar yang ada di Indonesia. Karena juga mengandung virus. Jangan-jangan berpotensi menimbulkan hal yang sama," kata Agus diwawancarai VIVAnews, Senin 27 Januari 2020.

Demam Berdarah Makin Menggila! Lindungi Diri dengan 5 Makanan ini

Agus menjelaskan, migrasi kelelawar mengikuti musim buah. Hewan ini tercipta memiliki indera organ tubuh yang lengkap untuk mencari makanan. Sehingga di suatu tempat tidak ada buah lagi,  hewan ini akan berpindah.

"Dia akan migrasi di mana buah ada, ini setelah dibuktikan penelitian dengan melakukan survei di beberapa lokasi ketika tidak musim buah hewan ini tidak ada," kata Agus.

Sering Dialami Anak-Anak dan Mudah Menular, Apa yang Perlu Dilakukan Untuk Cegah Gondongan?

Agus memaparkan,  jarak jelajah migrasi yang bisa ditempuh kelelawar bisa mencapai ratusan kilometer dalam sehari.  Hal ini diketahui setelah penelitian Fakultas Kedokteran Hewan IPB dilakukan bekerja sama dengan Jepang.  

Peneliti melakukan pemantauan seberapa jauh jarak terbang untuk bermigrasi. 

"Dipasang telemetri, di tubuhnya dipasang lokasi Bogor pagi, sore sudah sampai di Sukabumi, dan keesokan harinya sudah sampai di Nusa Tenggara Timur. Dan hewan ini akan melintas batas tanpa harus izin karantina, kan," ungkap Agus. 

Selain migrasi, Agus menjelaskan, gambaran kondisi China dan di Indonesia yang bisa terdapat virus Corona.

"Corona apakah di China atau di indonesia sudah ada? Kalau sifat virus sama di mana-mana, artinya kalau di Wuhan menyebabkan outbreak barang kali akibat beberapa faktor yang bisa memunculkan itu. Faktor sendiri di manusianya boleh jadi karakter virus yang sudah ganas. Ini harus lebih lebih jauh," kata Agus. 

Meski di Indonesia belum ditemukan kasus Corona lanjut Agus, masyarakat harus tetap berhati-hati.  

"Kalau di Wuhan dikonsumsi dekat banget, faktor risikonya di situ menurut saya,” kata dia tentang kelelawar.

“Tapi kita tidak bisa memastikan apakah kita tidak punya virus Corona, itu tidak juga karena bukti di publikasi kami ada. Kita di Indonesia juga ada. Publikasi kami  dari tahun 2012 hingga 2018 kita ada publikasi enam soal virus kelelawar," papar Agus lagi.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya