Soal Suhu Panas dan Gerah pada Beberapa Hari Belakangan, Ini Kata BMKG

Petugas BMKG melakukan pemantauan cuaca (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, beberapa hari belakangan masyarakat mengeluhkan panasnya suhu pada siang hari dan suasana yang cenderung gerah.

Panas Ekstrem Melanda Thailand, 30 Orang Tewas

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, menjelaskan, suasana terik umumnya disebabkan oleh suhu udara yang tinggi dan disertai kelembapan udara yang rendah. Hal itu, terutama terjadi pada kondisi langit cerah dan kurangnya awan, sehingga pancaran sinar matahari langsung lebih banyak diteruskan ke permukaan bumi.

“Berkurangnya tutupan awan terutama di wilayah Indonesia bagian selatan pada bulan-bulan ini disebabkan wilayah ini tengah berada pada masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau,” kata Herizal dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, 24 April 2020.

Langit Yunani Tiba-tiba Berubah Jadi Oranye, Ini Penyebabnya

Sebagaimana diprediksikan BMKG sebelumnya, seiring dengan pergerakan semu matahari dari posisi di atas khatulistiwa menuju belahan bumi utara, transisi musim itu ditandai oleh mulai berhembusnya angin timuran dari Benua Australia (monsun Australia), terutama di wilayah bagian selatan Indonesia. “Angin monsun Australia ini bersifat kering, kurang membawa uap air, sehingga menghambat pertumbuhan awan,” ujarnya.

Kombinasi antara kurangnya tutupan awan serta suhu udara yang tinggi dan cenderung berkurang kelembapan itu, menyebabkan suasana terik yang dirasakan masyarakat.

Hujan Sedang hingga Lebat Diperkirakan Guyur Sejumlah Daerah pada Hari Ini

Fenomena suhu udara tinggi yang terjadi saat ini tampaknya lebih dikontrol oleh pengaruh posisi gerak semu matahari dan mulai bertiupnya angin monsun kering dari benua Australia, yang berdampak pada kurangnya tutupan awan di atas wilayah Indonesia. “Sehingga sinar matahari langsung mencapai permukaan bumi tanpa adanya penghalang awan,” katanya.

Sesuai dengan prediksi BMKG sebelumnya, bulan Maret hingga April menunjukkan suhu yang terus menghangat, hampir di sebagian besar tempat di Indonesia. Dari pemantauan oleh BMKG pada bulan April ini, teridentifikasi banyak daerah yang mengalami suhu maksimum mencapai 34 derajat celsius hingga 36 derajat celsius. Bahkan, suhu tertinggi tercatat mencapai 37,3 derajat celsius pada tanggal 10 April 2020 di Karangkates, Malang, Jawa Timur.

Sementara itu, kelembapan udara minimum di bawah 60 persen terpantau terjadi di sebagian Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, sebagian Jawa Timur dan Riau.

Puncak Suhu Maksimum

Secara klimatologis, bulan April-Mei-Juni memang tercatat sebagai bulan-bulan di mana suhu maksimum mengalami puncaknya di Jakarta, selain Oktober-November. Pola tersebut mirip dengan pola suhu maksimum di Surabaya.

Sementara itu, di Semarang dan Yogyakarta, pola suhu maksimum akan terus naik secara gradual pada bulan April dan mencapai puncaknya pada bulan September-Oktober.

Ia menuturkan, tren suhu udara yang terus meningkat itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak tempat di dunia, yang kemudian dikenal sebagai fenomena pemanasan global.

BMKG mencatat, terdapat pola musiman atas jumlah badai tropis yang tumbuh di perairan sekitar Indonesia, yaitu periode Desember-Januari-Februari-Maret-April, umumnya badai tropis terjadi di perairan selatan Indonesia. Sedangkan pada periode Juli-Agustus-September-Oktober-November, umumnya terjadi di perairan sebelah utara wilayah Indonesia.

"Jadi berdasarkan analisis data BMKG sejak 1866, dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim telah terjadi pula di wilayah Indonesia,  ditandai dengan adanya kenaikan suhu yang mencapai 2,12 derajat celsius dalam periode 100 tahun," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya