Mentan: Neraca 11 Komoditas Pangan Sampai Juni dalam Kondisi Aman

Petani mengeringkan bawang merah setelah dipanen di Kampung Cicayur, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa, 7 Mei 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

VIVA – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan kondisi neraca pangan dari 11 komoditi sampai Juni 2020 masih aman. 11 komoditas pangan ini disebutnya dalam kendali pemerintah.

Panen Raya di Purwakarta Jelang Lebaran Dimassifkan Perkuat Ketahanan Pangan

Syahrul berharap tak ada hambatan dari distribusi 11 komoditas ini di lapangan yang berpotensi mempengaruhi naik turun harga. Apalagi, saat ini sudah akan memasuki musim kemarau dan masih berada di tengah pandemi Corona Covid-19. Begitupun faktor menjelang Lebaran Idul Fitri.

Pun, 11 komoditas pangan itu antara lain beras, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, jagung, cabai, telur ayam, dan daging sapi.

Daftar Harga Pangan 28 Maret 2024: Bawang Merah, Cabai hingga Daging Sapi Naik Lagi

”Mudah-mudahan tidak ada aral melintang dari segi distribusi dan lain-lain yang bisa berakibat dinamika lapangan membuat harga tidak stabil di beberapa tempat,” ujar Syahrul dikutip dari laman Sekretariat Kabinet RI pada Selasa, 5 Mei 2020.

Menurutnya, merujuk pernyataan Presiden Jokowi, data yang dimiliki Kementerian Pertanian, Kementerian Perekonomian hingga gubernur serta wali kota dan bupati hanya satu yaitu dari Badan Pusat Statistik (BPS). Maka itu, jika misalnya ada defisit pangan seperti komoditas beras di sejumlah provinsi tentu akan data yang sama.

Blusukan ke Riau, Satgas Pangan Polri Pastikan Harga Bahan Pokok Stabil

”Yang saya sampaikan tadi neraca pangan dasar kita yang 11 komoditi itu adalah neraca nasional. Kalau dalam suatu negara ada provinsi yang defisit seperti yang disampaikan Bapak Presiden ya harus mendapatkan perhatian khusus oleh semua pihak," jelas Syahrul.

Dia menekankan dalam persoalan pangan aspek distribusi memegang peranan penting. Ia bilang data komoditas pangan dari Kementerian Pertanian akan disampaikan hati-hati karena menyangkut kepentingan publik.

Pun, mengantisipasi ancaman musim kemarau, ia mengatakan sudah ada koordinasi dengan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto. Diprediksi musim kemarau kali ini bisa panjang. 

Terlebih, ada peringatan ancaman krisis pangan dari Food and Agriculture Organization atau organisasi pangan dan pertanian dunia.

”Tadi juga kami diminta Bapak Menko atas penegasan Bapak Presiden untuk mewaspadai kekeringan yang panjang dan warning  FAO selain dengan Covid-19 ini. Oleh karena itu, agenda yang kami akan lakukan yaitu agenda existing terhadap lahan-lahan yang sudah harus masuk pada penanaman berikut atau musim tanam dua,” ujar Syahrul. 

Menurut dia, musim tanam kedua akan dimulai pada Mei ini karena merujuk kondisi tanah yang masih subur pasca musim hujan. Dengan itu, di daerah produksi pangan diharapkan sudah panen raya pada Mei ini. 

Untuk existing diproyeksikan pada lahan irigasi yang biasa dipakai demi merealisasikan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Meski demikian perlu disiapkan lahan di luar existing mengingat masuk musim kemarau.

Kata dia, dalam musim kemarau, pertanian rentan terhadap cuaca, bencana, dan hama. Tiga persoalan ini yang menjadi kewaspadaan.

”Oleh karena itu, kita berkejaran dengan prediksi-prediksi dan analisa akademik dari agroklimaks yang terjadi secara nasional,” ujarnya. 

Simak Juga: VIVAnews Pantau Corona

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya