Ingin Pergi ke Mal di Jakarta, Patuhi Sejumlah Protokol Kesehatan Ini

Sistem barcode diterapkan bagi pengunjung mal
Sumber :
  • VIVAnews/Sherly

VIVA – Pandemi COVID-19 membuat pengelola mal atau pusat perbelanjaan Indonesia menutup usahanya selama beberapa minggu. Pada 15 Juni 2020 lalu, Pemerintah DKI Jakarta mengizinkan kembali pembukaan pusat perbelanjaan di wilayahnya.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia DKI Jakarta Ellen Hidayat menyatakan bahwa delapan puluh pusat perbelanjaan telah dibuka. Syarat yang ditetapkan oleh pemerintah DKI Jakarta yakni penerapan protokol kesehatan COVID-19 di setiap pusat perbelanjaan tersebut.

"15 Juni kemarin delapan puluh pusat perbelanjaan yang buka secara serentak, namun tetap mematuhi protokol kesehatan di pusat perbelanjaan," ujar Ellen saat berdialog di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, dikutip Sabtu, 27 Juni 2020.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Ellen menjelaskan bahwa protokol kesehatan di pusat perbelanjaan diterapkan sejak pengunjung memasuki bangunan pusat perbelanjaan. 

"Pengunjung mal sudah dibuatkan antrean masuk, tempat cuci tangan, wajib memakai masker dan diukur suhu tubuhnya 37,5 derajat. Jika melebihi, maka akan dipersilakan pulang baik pengunjung ataupun karyawan, kapasitas mal pun hanya 50 persen," jelas Ellen.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Saat pengunjung di dalam mal, pengelola juga memantau penerapan protokol kesehatan. 

Ellen menjelaskan bahwa pengelola menyediakan tanda-tanda sebagai alur jalan bagi pengunjung. Di samping itu, fasilitas lift mengangkut pengunjung dengan jumlah kapasitas terbatas. Kapasitas maksimal setiap kali beroperasi tujuh hingga delapan orang.

"Eskalator pun diberikan tanda, disesuaikan dengan jarak kurang lebih tiga langkah. Penataan kursi di restoran juga menyesuaikan protokol kesehatan, dengan menandai kursi-kursi yang boleh dan tidak boleh diduduki. Musola juga diatur terkait jarak, tidak berkarpet dan diwajibkan bawa peralatan salat sendiri. Toilet juga dibuatkan antrean di luar toilet," katanya.

Pengelola pusat perbelanjaan melakukan inovasi dengan menggunakan sensor di beberapa titik untuk mengurangi sentuhan fisik.

"Sebagian besar pusat belanja di DKI menerapkan sensor, seperti tombol lift, hand sanitizer dan karcis parkir pun menggunaan sensor sehingga mengurangi kontak fisik," jelasnya.

Ellen menambahkan pengelola pusat perbelanjaan membentuk sebuah tim yang disebut Tim Gugus Kendali COVID-19. Tim ini beranggotakan petugas keamanan dan manajemen pusat perbelanjaan. 

"Ada Tim Gugus Kendali Covid di tiap pusat belanja yang terdiri sekuriti dan manajemen yang akan mengawasi dan menegur pengunjung yang tidak mentaati protokol kesehatan," tambah Ellen.

Sementara itu ia menyangkal terkait informasi yang beredar bahwa pusat belanja terdapat jamur karena sudah berbulan-bulan tutup. 

"Saat pusat belanja tutup selama tiga bulan, tenant (penyewa) dan karyawan tetap datang untuk membersihkan dan menjaga pusat belanja, serta merawat barang-barang dagangan yang ada di dalam pusat belanja. Selain itu tenant banyak yang menarik barang-barangnya, untuk dijual lewat online," lanjutnya.

Ellen menambahkan bahwa meskipun mal ditutup, tidak murni tutup 100 persen.

"Masih ada beberapa tenant yang buka yaitu produk pangan, farmasi dan beberapa yang diizinkan pemprov DKI sehingga kami tetap menjaga keamanan, kenyamanan dan kebersihan bagi pengunjung," kata Ellen. 

Tak lupa Ellen berpesan kepada masyarakat untuk dapat kembali datang ke pusat perbelanjaan.

"Silakan datang ke pusat perbelanjaan karena kami yakin keluarga tahu cara merawat kesehatan keluarganya masing-masing, di sisi lain mal telah melakukan protokol kesehatan yang akan memberikan kenyamanan dan keamanan pengunjung," ujar Ellen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya