Perjuangan Siswa di Maluku, Seberangi Sungai Deras Demi ke Sekolah

Siswa di Desa Tobo, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku menyeberangi sungai
Sumber :
  • Christ Belseran – Nelson Matinahoru/tvOne Maluku

VIVA – Sebuah video yang menggambarkan sejumlah siswa tengah menyeberangi sungai Uli berarus deras, di Desa Tobo, Kecamatan Werinama, Kabupatan Seram Bagian Timur (SBT), Maluku, tersebar di media sosial. 

Hanyut di Sungai Brantas Malang, Kurt Cobain Masih Belum Ditemukan

Dalam video berdurasi 53 detik itu tampak seorang siswa mencoba menolong rekannya dari derasnya arus sungai. Siswi itu terjatuh sehingga air membasahi seragam yang dipakainya.

Meski begitu, mereka tetap semangat untuk melanjutkan perjalanan ke sekolah. Mereka merupakan siswa kelas 8 SMP Negeri 16 Seram Bagian Timur (SBT). Setiap hari, mereka menyusuri sungai ini untuk ke sekolah.

6 Kegiatan Seru yang Bisa Dilakukan di Morotai, Termasuk Berenang dengan Hiu Sirip Hitam

Nanda, seorang anak di Desa Tobo, mengemukakan tergelincir dan terseret arus hingga seragam yang dikenakan basah kuyup, bukan hal baru bagi mereka. Terkadang mereka harus saling berpegang tangan saat menyeberang, agar tidak terbawa derasnya sungai Uli. 

Siswa di Desa Tobo, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku menyeberangi sungai

Update Rekapitulasi KPU: Prabowo-Gibran Unggul di Maluku

Pada Kamis, 16 Juli 2020, misalnya. Bersama beberapa temannya, gadis kecil yang duduk di kelas 8 SMP N 16 SBT Batuasa ini, kembali menempuh perjalanan sekitar 3 km, dengan menyusuri pantai untuk ke sekolah. Mereka juga harus melewati sungai Uli yang kondisinya membahayakan di saat banjir pada musim penghujan.

Di tengah minimnya infrastruktur dan sulitnya medan yang harus ditempuh untuk sampai ke sekolah, Nanda bersama teman-temannya tidak patah semangat. Mereka hanya berharap, suatu saat ada jembatan yang bisa menghubungkan desa mereka dengan desa tetangga.

“Kadang ketika melihat teman-teman dari kampung lainnya yang bisa ke sekolah tepat waktu dalam kondisi seragam yang rapi, timbul rasa iri juga. Tapi mau bagaimana, tidak ada lagi jalan alternatif lain untuk ke sekolah,” ujarnya.

Zubaidah, ibu Nanda, mengaku sering khawatir ketika masuk musim penghujan. Sebab,  Nanda bersama teman-temannya harus melewati sungai dengan arus yang deras. “Beta juga terkadang khawatir kalau lagi musim hujan, karena anak-anak  harus lewat sungai yang lagi banjir. Beta (Red-saya) biasanya suka antar Nanda lewati sungai  kalau cuaca lagi buruk,” ujarnya. 

Pelajar menyeberangi sungai Uli berarus deras di Maluku.

Kondisi ini, kata Zubaidah, sudah berlangsung sejak lama. Infrastruktur jalan dan jembatan belum pernah dibangun di desa mereka.  Warga kampung, kata dia, juga biasanya menyusuri pantai dan melewati sungai Uli karena desa mereka belum memiliki jalan. "Saat ini penggusuran untuk buat jalan, baru sampai di Batuasa,” katanya. 

Zubaidah berharap ada perhatian dari pemerintah untuk membangun jalan dan jembatan sebagai akses bagi warga dan anak-anak untuk bersekolah.

Eta Wailisahalong, guru SMP Negeri 16 Seram Bagian Timur, mengakui kesulitan yang dihadapi siswa-siswanya dari Desa Tobo.

Dia mengaku prihatin dengan kondisi siswanya yang tinggal di Desa Tobo,  harus menghadapi medan yang cukup berbahaya untuk datang ke sekolah menuntut ilmu.  “Saya miris juga, karena memang kondisinya belum ada jalan dan jembatan sebagai akses mereka untuk ke sekolah,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, sejak Senin, 13 Juli 2020, sekolah sudah mulai kembali beraktifitas setelah libur akhir semester. Kegiatan belajar ini bertepatan dengan musim hujan yang sedang melanda sejumlah wilayah di SBT. “Nah, kalau kondisi hujan seperti ini, anak-anak biasanya harus melewati sungai yang banjir. Ini yang membuat kami juga khawatir,” ujarnya.

Pelajar menyeberangi sungai Uli berarus deras, di Desa Tobo, Maluku.

Bersama guru-guru lainnya, Eta yang juga harus menyeberangi sungai Uli untuk ke sekolah mengajar, berharap ada perhatian dari pemerintah untuk membangun jembatan penyeberangan, dan akses jalan bagi warga desa Tobo.

Dia berharap, dengan akses jalan dan jembatan, dapat membuka keterisolasian yang dialami warga Desa Tobo.

Kisah Nanda dan rekan-rekannya itu sempat diabadikan dalam sebuah video amatir. Video tersebut ramai dan viral di media sosial Facebook.

Di akun Facebooknya Azrul Wailissa menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan para anak-anak di Desa Tobo, Kecamatan Werinama terhadap pendidikan, mereka terpaksa menyeberangi kali yang saat ini banjir akibat hujan deras.

"Dengan keterbatasan adik-adik saya di negeri Tobo Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur, masih semangat dalam menuntut ilmu dan pengetahuan. Walau banjir mereka tetap tertawa dengan wajah yang polos, semangat yang tinggi demi cita-cita negeri yang belum terlaksana," tulis Wailissa di akun Facebook-nya itu.

Siswa di Desa Tobo, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku menyeberangi sungai

Azrul Wailissa yang dihubungi menjelaskan, fakta dari video itu di-posting agar menggerakkan hati para petinggi di pemerintahan Kabupaten SBT, guna melihat kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat di Kecamatan Werinama, seperti jalan dan jembatan.

"Terutama masyarakat di Desa Tobo, Gusalaut, Tum dan Desa Osong. Dimana, desa-desa tersebut belum menikmati akses jalan dan jembatan yang layak," ujar tokoh muda Kabupaten bertajuk Ita Wotu Nusa itu.

Laporan Christ Belseran – Nelson Matinahoru (tvOne/Seram Bagian Timur, Maluku)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya