Singgung Keluarga Miskin, Muhadjir Effendy Disentil Said Didu

Menko PMK Muhadjir Effendy usai upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila, di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, Selasa, 1 Oktober 2019.
Sumber :
  • VIVAnews/Anwar Sadat

VIVA - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, kembali menjadi sorotan karena pernyataannya yang menyinggung jumlah keluarga miskin.

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu, mengingatkan Menteri Muhadjir memiliki tugas untuk mengentaskan kemiskinan sebagai pemerintah. Meskipun, rezeki sudah diatur oleh Allah SWT.

“Bapak Menko PMK Prof. Muhajir yth, mengingatkan saja bahwa rezeki dan jodoh ditentukan oleh Allah, mengentaskan kemiskinan adalah ikhtiar manusia, terutama ikhtiar Bapak selaku Menteri - bukan mengatur yang sudah ditetapkan oleh Allah. Mohon maaf kalau saya salah dan mengingatkan Prof,” kata Said Didu dikutip dari Twitter pada Rabu, 5 Agustus 2020.

Baca juga: Menko Muhadjir Akui Upaya Tekan COVID-19 di Jatim Gagal Penuhi Target

Sementara Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, mengaku heran dengan pernyataan Menteri Muhadjir. Padahal, Fadli mengenal Muhadjir tidak seperti sekarang ketika menjadi anak buah Presiden Joko Widodo dalam Kabinet Indonesia Maju.

“Kok Pak Muhadjir pernyataannya bisa begini ya? Tak seperti Pak Muhadjir yang saya kenal dulu tahun 1990-an,” kata Fadli.

Menteri Muhadjir membahas soal keluarga miskin sampai angka stunting dalam acara webinar pada Selasa kemarin, 4 Agustus 2020. Ia bilang rumah tangga miskin di Indonesia itu jumlahnya masih sangat tinggi.

Artinya, masih sekitar 76 juta rumah tangga miskin di Indonesia. Dengan data itu, berarti sekitar 20 persen dari rumah tangga dan rumah tangga baru yang miskin itu rata-rata juga dari keluarga rumah tangga miskin ini.

"Sesama keluarga miskin besanan, kemudian lahirlah keluarga miskin baru," kata Muhadjir dalam acara webinar Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Dengan kondisi itu, kata Muhadjir, perlu ada pemotongan mata rantai keluarga miskin. Sebab, ia menilai kemiskinan itu pada dasarnya ada di dalam keluarga.

Kemudian, ia menambahkan bahwa persoalan stunting ini harus ditangani dengan sungguh-sungguh. Alasannya karena kalau orang sudah stunting maka kemampuan kecerdasannya sudah selesai.

Ia menekankan, dengan kondisi itu, sulit meningkatkan kemampuan orang yang stunting. Beda dengan fisik yang masih bisa didorong dengan asupan gizi yang baik.

"Itu menurut dokter. Saya lupa ya yang menyampaikan, tetapi beliau sangat pakar yang harus saya sangat percaya dengan beliau. Stunting ini ketika orang stunting itu sudah tidak bisa dibenahi lagi kemampuan kecerdasannya," katanya.

Dia menjelaskan merujuk Bank Dunia diketahui 54 persen angkatan kerja Indonesia adalah mantan stunting. Maka itu, jadi alasan sumber daya manusia lokal kualitasnya rendah.

"Sekali lagi, 54 persen dari angkatan kerja Indonesia sekarang yang di merah, putaran merah itu itu mantan-mantan stunting," ujarnya.

Muhadjir Effendy Koordinasi dengan Kemendikbud soal 33 Kampus Diduga Terlibat TPPO
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas menutup rangkaian Bimtek PPIH Arab Saudi 2024

Potensi Wakaf RI Capai Rp 180 Triliun per Tahun, Menag Sebut Bisa untuk Bantu Entaskan Kemiskinan

Wakaf yang dikelola Badan Wakaf Indonesia (BWI) dengan potensi mencapai Rp 180 triliun per tahun disebut menag akan mampu berkontribusi dalam upaya pengentasan kemiskinan

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024