Pemerintah Banda Aceh Tolak Usul Swab Massal karena Habiskan Anggaran

Rapid test dan swab test di kantor KASN
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Pemerintah Kota Banda Aceh menolak usul Dewan Perwakilan Rakyat Kota setempat agar menggelar tes swab secara massal terhadap masyarakat di kota itu untuk mendeteksi sebaran COVID-19. Pemerintah beralasan tes swab secara massal tak efektif dan bahkan hanya akan menghabiskan anggaran.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkot Banda Aceh Irwan menilai tes swab massal itu kurang efektif, di samping banyak menghabiskan cairan (reagen), juga menguras anggaran pemerintah. “Saya pikir untuk swab massal itu kurang efektif juga, disamping banyak menghabiskan reagen,” katanya saat dikonfirmasi, Kamis 17 September 2020.

Ia mencontohkan, jika satu dinas ada yang terpapar corona, orang yang terpapar akan dicari yang pernah kontak erat dengannya. Setelah itu, orang yang kontak erat dites swab, sementara yang lainnya tidak perlu.

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

Baca: Kasus COVID-19 di Seluruh Dunia Tembus 30 Juta

Irwan menyebutkan hal yang telah dilakukan untuk tracing kasus COVID-19 selama ini dinilai sudah berjalan maksimal. Artinya, warga yang terjangkit corona di lingkungan warga itu yang dilacak kemudian diperiksa.

Cerita Anne Avantie Bangkrut, Temukan Kebahagiaan di Tempat Tak Terduga

“Saya rasa begitu aja. Kalau kita swab massal di lapangan itu kurang efektif, di samping menghabiskan dana banyak, hasilnya kurang maksimal. Saya pikir kita laksanakan swab cairan reagen harus tetap tersedia untuk tracing-tracing tempat yang dicurigai ada klaster-klaster baru,” katanya.

Ketua DPRK Banda Aceh Farid Nyak Umar sebelumnya mendesak pemerintah kota untuk melakukan uji swab massal terhadap 5.000 warga. Juga mendorong pemerintah untuk menganggarkan sejumlah dana agar dapat dikerjasamakan dengan Universitas Syiah Kuala yang memiliki laboratorium dan peralatan tes.

Farid menilai mayoritas pasien COVID-19 diketahui secara kebetulan ada warga yang sakit kemudian mendatangi rumah sakit dan ternyata terinfeksi virus corona. Setelah dilacak maka kedapatan kasus-kasus baru lainnya.

“Ini menjadi penting, karena hari ini banyak pasien orang tanpa gejala (OTG) yang kondisinya sehat tapi tanpa sadar menjadi pembawa virus itu ke tempat-tempat lain jangan sampai muncul klaster baru seperti klaster perkantoran, masjid, dan lainnya,” kata Farid.

Selain itu, jumlah kasus positif corona di Kota Banda Aceh mencapai 1.136 dengan rincian 778 dirawat di rumah sakit rujukan dan isolasi mandiri, 320 sembuh, dan 38 meninggal dunia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya