China Cepat Pulih dari COVID-19, Luhut: Sistem Mereka Disiplin

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Sumber :
  • VIVA/Dusep Malik

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan penyebab utama cepat pulihnya China dalam menghadapi COVID-19, dari sisi ekonomi maupun kesehatan.

AS Tuntut 7 Warga China atas Peretasan Jahat yang Disponsori Negara

Baca Juga: DPR Minta Sebaiknya Tak Ada Konser Saat Pilkada di Masa Pandemi

Kata dia, kunci utama keberhasilan mereka adalah kedisiplinan. China dianggap disiplin dalam melaksanakan kenormalan baru, termasuk menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah kembali tersebarnya COVID-19.

China Gelar Kompetisi Sunat Online, Diikuti Puluhan Dokter Bedah

"Dia recovery-nya cepat karena kedisplinan dia. Kenapa COVID-19 mereka juga cepat, kedisiplinan dia," ungkap dia dalam webinar FEB UI (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia), Jumat malam 18 September 2020.

Luhut menilai, kedisiplinan masyarakat China itu tidak terlepas dari sisi sistem yang dianut negara tirai bambu tersebut. Sebagai informasi, sejak ditetapkannya Konsensus 1992, China menerapkan konsep satu negara dua sistem.

Mobil Baru BYD Rp200 Jutaan Mulai Dikirim ke Diler

Diketahui, konsep itu memiliki arti bahwa satu negara China yang memiliki pemerintahan pusat di Beijing memiliki dua sistem, yakni sosialisme dengan kekuasaan terpusat di China dan kapitalisme serta demokrasi di tingkat Hong Kong, Makau dan Taiwan.

"Jadi sistem dia mungkin cocok buat mereka untuk begitu. Nah sistem demokrasi kita ini kadang-kadang cost nya mahal, kita perlu hati-hati melihat ini, kedisiplinan kita-kita," ujar Luhut.

Menurut pria yang juga menjabat sebagai wakil ketua I Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), di Indonesia, kurang kedisiplinan itu harus diperburuk dengan sering munculnya berita-berita tidak benar. 

"Kadang-kadang masih suka melihat orang lain menderita padahal dalam keadaan susah seperti ini dengan menyebarkan berita-berita yang sebenarnya tidak benar," tuturnya. (ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya