Amir E Siregar: Media Penyiaran Bisa Bunuh Demokrasi

Sumber :
VIVAnews
Terpopuler: Negara Tanpa Malam hingga Olahraga Ringan Setelah Lebaran
- Pasca reformasi 1998, arus informasi khususnya media kian menjamur. Namun saat ini sangat disayangkan khususnya media penyiaran adalah mulai berpindahnya kontrol yang terpusat oleh negara sebagai ciri negara otoriter ke dalam pelukan modal lewat pasar bebas.

Terpopuler: Deretan Negara Bantu Israel, Pendeta Gilbert Dilarang ke Makassar hingga Iran Diserang

"Akibatnya model inilah yang dapat berdampak buruk pada demokrasi karena telah terjadi otoritaritarianisme kapital, yang mungkin akan bisa membunuh demokrasi di Indonesia," kata praktisi media, Amir Effendi Siregar saat peluncuran buku "Mengawal Demokratisasi Media: Menolak Konsentrasi, Membangun Keberagaman", di kampus Fisipol UGM, Selasa 30 September 2014.
Ramalan Zodiak Sabtu 20 April 2024, Sagitarius: Hati-hati dengan Teman Dekat


Menurut mantan staf pengajar di UGM ini, demokratisasi media adalah peluang yang dibuka seluas-luasnya bagi semua pihak untuk terlibat dalam kegiatan media yang menjadi tempat dan jembatan interaksi masyarakat dengan pemerintah, pengusaha parpol dan lainnya untuk membangun kehidupan yang lebih baik.


Buku yang diterbitkan oleh Kompas-Gramedia ini merupakan kumpulan artikel Amir Effendy yang dimuat di media cetak nasional.


Bahkan ada dua artikel yang dibuat di Harian Kompas pada tahun 1987 dan 1988 dalam buku tersebut.


"Buku ini menceritakan bagaimana perjalanan media baik cetak, elektronik maupun online dari sejak pra reformasi. Bahkan sejumlah kebijakan dan reguliasi bahkan saat lahirnya UU Pers No.40 tahun 1999," kata dia.


Sementara itu Rektor UGM Prof Pratikno mengatakan, UGM sebagai saksi sejarah reformasi berharap dengan terbitnya buku tersebut dapat menjadi sejarah bagaimana perkembangan media saat reformasi.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya