- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - Kepala Badan Nasional Penganggulangan dan Penempatan Tenaga Kerja, Nusron Wahid, mengatakan tengah mempersiapkan Adjusment Tarining jelang moratorium pekerja non-skill. Langkah itu dilakukan, sebab 62 persen tenaga kerja Indonesia adalah lulusan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.
Hal itu disampaikan Nusron usai menghadiri acara pelepasan perawat dan caregiver asal Indonesia untuk bekerja di Jepang, pada Rabu 10 Juni 2015 di kediaman Kedutaan Besar Jepang daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Nusron mengatakan, bagi lulusan SD dan SMP biasanya hanya terakses dengan pekerjaan Pembantu Rumah Tangga (PRT).
"Maka kita akan Adjusment Training dengan membuat kurikulum untuk meningkatkan kapasitas dia menjadi skilled untuk bisa masuk ke pekerjaan-pekerjaan seperti careworkers," ujar Nusron.
Sementara itu, Deputi Penempatan BNP2TKI, Agusdin Subiantoro mengatakan pelatihan untuk pekerja non-skill sedang diperbincangkan dan kurikulum akan disusun oleh Kemenaker, Kemenkes, dan Kemdikbud.
"Untuk menyusun kurikulum harus disesuaikan dengan job yang diminta oleh negara yang meminta," kata Agusdin.
Agusdin menambahakan lama pelatihan direncanakan akan disetarakan seperti Diploma 1 (D1). Namun, jika bisa dilakukan intensif, mungkin bisa berjalan hingga enam bulan.
Sementara itu, untuk sertifikat, kata Agusdin, akan dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifiat Profesi. (asp)