Jakarta, Kota Paling Banyak Pekerjakan Anak

Ilustrasi pekerja anak
Sumber :
  • REUTERS/Andrew Biraj

VIVA.co.id - Peringatan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak yang jatuh pada 12 Juni 2015 lalu diperingati oleh sekelompok orang dari Jaringan Lembaga Swadaya Masyarakat Penanggulangan Pekerja Anak (JARAK). Mereka berkampanye untuk menolak eksplotasi anak sebagai pekerja.

Stimulasi Kepintaran Anak Lewat Membaca

Organisasi yang bekerja sama dengan International Labour Organization (ILO) ini berkampanye mendorong pemerintah agar meningkatkan komitmen yang memastikan semua anak mendapat wajib belajar 12 tahun. Tak hanya itu, mereka juga menuntut meningkatkan usia minimum boleh bekerja dari 15 tahun menjadi 18 tahun. Serta memastikan pekerja anak mendapat akses layanan pendidikan, jaminan sosial, perlindungan sosial, dan keterampilan menuju pekerjaan yang layak.

"Kita mau mendorong gerakan stop pekerja anak" ujar Betty, koordinator program JARAK dalam kampanye di arena Car Free Day, Bunderan HI, Jakarta, Minggu, 14 Juni 2015.

Agar Hari Pertama Anak Masuk TK Berjalan Lancar

Betty mencontohkan, di Nias, anak-anak di bawah umur dipekerjakan sebagai pemecah batu. Sementara, di wilayah Indonesia lainnya banyak anak yang dipekerjakan sebagai pekerja rumah tangga.

Ia mengatakan, Jakarta termasuk daerah yang paling banyak menerima anak sebagai pekerja. Banyak anak yang diambil dari daerah untuk dipekerjakan di kota.

Pelajaran Moral dan Budaya dalam Kurikulum Sekolah

"Masa transisi pekerja anak itu rentang antara 15-18 tahun, dan hanya boleh dalam pekerjaan ringan, tidak boleh di sektor yang berbahaya, serta maksimal 3 jam perhari," ujarnya menambahkan.

Dia berharap, pemerintah lebih perduli dalam persoalan pekerja anak. Untuk itu dia akan berkomunikasi ke pemerintah daerah agar mencegah anak dipekerjakan di kota.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya