Abu Vulkanik Raung Terkena Dampak Badai Tropis Nangka

Gunung Raung
Sumber :
  • ANTARA/Zabur Karuru

VIVA.co.id - Erupsi Gunung Raung terus berlangsung sejak ditetapkan naik status pada 29 Juni 2015. Abu vulkaniknya kini telah memaksa sejumlah bandar udara di Banyuwangi, Jember, Bali, dan Lombok untuk menutup serta membatalkan penerbangan karena abu yang berpotensi membahayakan penerbangan.

Gunung Raung Mulai Stabil, Statusnya Diturunkan Jadi Waspada

Sebaran abu vulkanik yang jauh terbang meninggalkan wilayah kawahnya juga disumbang oleh dampak badai tropis Nangka yang sedang dialami Indonesia dalam beberapa hari ke depan.

"Dampak badai tropis Nangka ini bisa menyebabkan angin berembus kencang dari selatan, sehingga bisa memengaruhi sebaran abu vulkanik," kata Anung Suprayitno, analisis dan prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Karangploso Malang, Senin 13 Juli 2015.

Setelah Lima Jam Ditutup, Bandara Ngurah Rai Dibuka Kembali

Selain membawa sebaran abu lebih jauh, dampak badai tropis Nangka juga akan membuat abu meluruh lebih lama. "Kemungkinan abu bisa turun sekitar 5 harian, karena terbawa angin jadi membubung lebih tinggi dan lebih jauh," katanya.

Akibatnya, sejumlah bandara memilih menutup operasionalnya dan maskapai pun ikut membatalkan penerbangan karena abu yang menutup landasan pacu bandara serta beterbangan di udara berpotensi membahayakan penerbangan.

Tiga Maskapai Batalkan Penerbangan akibat Gunung Raung

"BMKG akan membuat laporan pergerakan arah angin secara berkala dan disampaikan pada otoritas penerbangan sebagai acuan apakah penerbangan terpapar abu vulkanik atau tidak," ujar dia.

Dampak badai tropis Nangka mampu menyebabkan angin bertiup kencang hingga kecepatan 55 km per jam dan berpotensi mencabut akar pepohonan jika di daratan.

Selain mengganggu penerbangan, badai Nangka juga menyebabkan gelombang tinggi mencapai 3 meter di sejumlah perairan di Indonesia, seperti perairan di Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud, Laut Maluku bagian utara dan Laut Halmahera.

"Masyarakat pemakai jasa penerbangan atau lewat laut harus mematuhi imbauan bandara dan syahbandar. Jika ada cara lain, bepergian lewat jalur darat bisa lebih aman," ucap dia.

Badai tropis Nangka memiliki nama Nangka, yaitu nama varietas buah yang ada di Indonesia, lantaran, sesuai kesepakatan World Meteorological Organization (WMO), Indonesia berhak memberi nama badai tropis yang terbentuk di dekat wilayah Indonesia.

Dampak yang terjadi saat ini lebih lazim disebut sebagai dampak dari ekor badai tropis. "Nama Nangka dipilih di antara dua nama yang diajukan Indonesia, yaitu nama bunga dan buah yang hanya ada di Indonesia," tutur Anung.

Seperti halnya berbagai badai tropis lainnya, badai tropis Nangka juga tak pernah bertiup di atas wilayah Indonesia. Wilayah Indonesia yang ada di antara 5 derajat lintang utara dan 5 derajat lintang selatan membuat badai tropis selalu lemah dan tak bisa masuk ke wilayah Indonesia.

"Indonesia hanya kena ekornya saja, bukan badainya," katanya.

Sementara itu, Bandara Blimbingsari Banyuwangi hingga saat ini masih menutup penerbangan mengikuti instruksi dari BMKG dan Notice to Airmen (Notam) yang diterbitkan oleh Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Blimbingsari Bayuwangi, Sigit Widodo, menyatakan penutupan sudah berlangsung sejak empat hari terakhir. "Sampai hari ini kami masih menutup bandara mengikuti imbauan dari BMKG dan Notam," kata Sigit, Senin 13 Juli 2015. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya