Kisah Buruh Cuci Sanggup Kuliahkan Anak ke Jepang

Buruh Cuci Sanggup Menguliahkan Anaknya ke Jepang
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko
VIVA.co.id - Yuniati (49 tahun), seorang buruh cuci di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sanggup menguliahkan anak lelakinya ke Jepang.
Tips Sukses Jalani Usaha Kecil dari Pengusaha Sepatu

Anaknya, Satya Chandra Wibawa Sakti (29 tahun), bahkan telah menempuh studi Strata Tiga (S3) di Universitas Hokaido, Jepang.
Kisah Sukses Pria Probolinggo, Pilih Berdagang daripada PNS

Satya Chandra Wibawa Sakti adalah seorang mahasiswa peraih beasiswa dari Kementerian Pendidikan Tinggi untuk menempuh kuliah jurusan kimia di Universitas Hokaido tahun 2012.
Dari Bisnis Online, Pria 25 Tahun Bisa Beli Rumah dan Mobil

Satya mengungkapkan bahwa dalam menghadapi hidup tidak perlu malu dan takut dengan kondisi ekonomi keluarga. Kondisi itu harus menjadi motivasi dalam menuntut ilmu. Jika semua dilakukan sungguh-sungguh pada akhirnya akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Sebelumnya, Satya kuliah S1 di jurusan Kimia di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tahun 2004, kemudian melanjutkan kuliah S2 jurusan Kimia di Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 2008.

"Dengan dorongan dari keluarga akhirnya saya berhasil menyelesaikan kuliah di Jepang," ujar Satya, Rabu kemarin, 29 Oktober 2015.

Kisah hidup Yuniati memang tidak mudah. Waktu kesehariannya dihabiskan untuk bekerja sebagai buruh cuci. Meski berat, perempuan kelahiran 6 Juni 1966 itu tidak menyerah. Bahkan, pekerjaan itu sudah digelutinya sejak 1985. Termasuk menjadi buruh setrika dan mengasuh anak orang lain.

Semua harus dikerjakan demi memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dua anaknya, masing-masing Satya Chandra Wibawa Sakti dan Oktaviana Ratna Cahyani  (27 tahun). Namun perjuangan dan doanya tidak sia-sia. Dua anaknya kini sudah lulus pendidikan tinggi.

Atas perjuangan Yuniati itu, artis Paramitha Rusady datang ke rumah Satya untuk memberikan apresiasi. Tidak hanya itu. Kisah perjuangan keluarga Febdi dan Yuniati dijadikan inspirasi dalam pembuatan film produksi Kani-O Pictures yang berjudul Sepasang Mata Ibu.

Film yang disutradarai Imam Indrayadi dan diproduseri Raja Asdi itu didedikasikan kepada seluruh ibu dan anak di seluruh dunia. Paramitha Rusady menjadi pemeram utamanya.

Paramitha Rusady mengatakan, "Perjuangan orang tua Satya bisa dijadikan contoh bagi semua orang, bahwa keterbatasan tidak menjadi hambatan untuk mengantarkan anak menempuh pendidikan tinggi. Keberhasilan tersebut diharapkan menjadi inspirasi bagi keluarga di Indonesia."

Menurutnya, jika semua dilakukan dengan kerja keras, akan berhasil. Faktor ekonomi jangan dijadikan hambatan. Semua harus diperjuangkan dan semua bisa ditempuh dengan semangat. (ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya