Cerita Korban Pembajakan soal Salat dan Tembakan

Ilustrasi/Penanganan para perompak kapal
Sumber :
  • Antara/Joko Sulistyo

VIVA.co.id – Royke Montalalu, korban selamat dari pembajakan kapal yang dilakukan kelompok afiliasi Abu Sayyaf di perairan Filipina, mengisahkan bagaimana kondisi mencekam dan ketakutannya saat dibajak pada 15 April lalu.

Kaleidoskop 2021: Lonjakan COVID-19, KRI Nanggala hingga Herry Cabul

Sejak awal, Royke memang tak pernah menyangka kepal mereka akan dibajak di tengah laut. Sore itu, Royke mengaku tengah bersantai sembari minum kopi bersama rekannya Peter di anjungan Kapal TB Hendry.

Kapal itu, empat hari lalu baru saja bongkar muat batu bara seberat 8.000 ton di Cebu San Fernando Filipina. Rencananya kapal itu akan kembali ke Tarakan, dengan waktu tempuh perjalanan enam hari.

Ternyata TNI Ikut Terlibat Selamatkan 4 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

"(Saat itu) Kita lagi mengobrol lalu terdengar suara mesin perahu speed boat mendekat," kata Royke di kediamannya, di Desa Matani Dua Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Selasa 26 April 2016.

Rekannya pun berinisiatif memeriksa suara deru speed boat yang mendekat tersebut. Saat itulah, Royke dan Peter pun menyaksikan ada lima orang yang membawa senjata menaiki kapal mereka. "Mereka ada 5 orang membawa senjata laras panjang," kata Royke.

Anggota DPR Respons Penyelamatan 3 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

Tanpa pikir panjang, Royke pun bergegas masuk ke dalam anjungan, sementara rekannya Peter membunyikan sirine tanda bahaya.

Setelah itu, sejumlah rekan Royke pun bergegas naik ke anjungan. Hanya sang kapten yang belum muncul. Sebab sang kapten Ariyanto Misnan sedang menunaikan salat magrib di dalam kapal.

Saat itu, kata Royke, situasi sangat mencekam. Sebab itu, ia pun mencoba menyelamatkan diri dengan bersembunyi. "Saya kemudian mendengar suara tembakan pertama," katanya.

Royke bersama tiga lainnya bersembunyi di kamar kapten. Berharap tidak ditemukan oleh kelompok bersenjata tersebut.

Namun sial, mereka sepertinya diketahui. Suara tembakan kedua pun meletup di depan pintu kamar tempat mereka bersembunyi. Royke dan tiga rekannya pun terpaksa keluar. "Mereka (perompak) terdengar berteriak ‘Turun! Turun!’," katanya.

Dalam waktu singkat seluruh awak kapal pun dikumpulkan di anjungan. Mereka disuruh berjalan jongkok dan dikumpulkan di bagian belakang kapal.

"Saya lihat sudah ada dua teman di perahu perompak, saya lihat kapten posisi tiarap di belakang kapal," kata Royke.

Dan tak tahu kenapa, Royke kembali mendengar suara tembakan. "Saya langsung bilang ‘Oh Tuhan Yesus’. Ada teman teriak ‘Allahu Akbar’." Dan tanpa diduga, seorang rekannya, Lambos Simanungkalit, terlihat sudah bersimbah darah. Pria yang akrab disapa Ucok itu rupanya tertembak di dada kanan.

Kini, enam korban selamat pembajakan Kapal TB Hendry, telah dikembalikan ke Indonesia. Empat rekan Rokye masih ditahan oleh kelompok penculik.

Sejauh ini dugaan menguat aksi penculikan itu dilakukan oleh kelompok yang berafiliasi dengan Abu Sayyaf di Filipina. Hingga kini, proses pencarian dan perburuan terhadap kelompok penculik ini masih terus diupayakan.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya