Basarnas Akui Kekurangan Personel Penyelamat

Kepala Basarnas, FHB soelistyo
Sumber :
  • Rusli Djafar/tvOne

VIVA.co.id – Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FH. Bambang Soelistyo, menginginkan Basarnas menjadi organisasi profesional dan modern. Demi mencapai tujuannya itu, Soelistyo menginginkan agar kuantitas dan kualitas personelnya ditambah. 

Kapal Tenggelam di Perairan Taman Nasional Komodo

“Bicara soal personel, saya juga tidak ingin Basarnas itu menjadi organisasi yang tumbuh tidak efektif. Saya ingin Basarnas itu menjadi organisasi yang profesional, efektif, dan modern,” kata Soelistyo, saat berkunjung ke Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa, 26 April 2016.

“Kekuatan personel hitungan saya minimal itu harus punya 5.700 rescue. Kami punya saat ini baru 3.700 personel dan itu tidak semuanya rescue, sekitar 70 persen,” tuturnya.

Basarnas: Korban Banjir Bandang Subang Sudah Ditemukan Semua

Solusi yang paling memungkinkan untuk ini adalah merekrut personel baru. Namun, karena adanya kebijakan moratorium atau penghentian sementara rekrutmen pegawai lembaga pemerintah, maka solusinya adalah, pertama, khusus untuk kapal, dengan tenaga kontrak.

Kemudian yang kedua, mengoptimalkan kerja sama empat komponen SAR gabungan, yaitu Basarnas, TNI, Polri, dan pemerintah daerah. Khususnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan unsur masyarakat yang mempunyai kemampuan serta keinginan melakukan tugas kemanusiaan di bidang SAR.

Polisi Periksa 21 Saksi Terkait Kasus TPPU yang Jerat Ahli Nuklir UGM

“Empat komponen ini kami coba untuk dihimpun, dilatih, kemudian persembahkan kepada pemerintah daerah. Selain untuk kepentingan tugas SAR dalam konteks tugas kecelakaan, juga bisa untuk mengatasi kesulitan di daerah, untuk mengatasi bencana alam maupun non alam,” ujarnya.

Pembinaan diperlukan karena lingkup kerja SAR selalu beroperasi pada daerah dan kejadian ekstrem. "Karena itu manusia, kami bangun kemampuannya, kami siapkan,” ujar Soelistyo.

Selain meningkatkan kemampuan personel lapangannya, Basarnas juga membutuhkan tambahan alat untuk menggantikan keterbatasan kemampuan manusia menghadapi tugas.

“Kapal juga kami benahi dan tambahkan secara bertahap, sesuai dengan kemampuan anggota. Tidak kalah penting adalah SOP, standard operating procedure,” ucapnya.

Soelistyo pun menguraikan secara garis besar mengenai kekuatan yang dibutuhkan Basarnas, agar bisa mengoptimalkan bantuan demi mengurangi jumlah korban dalam sebuah kecelakaan atau bencana.

“Kalau ideal, saya tidak bisa memastikan angkanya. Tetapi di Indonesia, saya bagi tiga wilayah. Wilayah barat itu mesti ada kekuatan alutsista udaranya, kemudian lautnya, juga darat. Begitu juga di wilayah tengah, wilayah timur juga sama,” tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya