Ganjar: Polisi yang Belum Sejahtera Berbahaya Pegang Senjata

Seorang anggota Brimob Yogyakarta tewas usai tertembak peluru sendiri, Senin malam (3/10/2016). Diduga anggota polisi ini hendak unjuk kebolehan bermain Russian Roulette.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Daru Waskita

VIVA.co.id – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku prihatin terkait dua kali insiden bunuh diri aparat kepolisian di wilayahnya. Menurutnya, aksi itu tak lepas dari masalah kesejahteraan polisi yang belum tercukupi.

3 Negara dengan Angka Bunuh Diri Tertinggi di Dunia, Terbaru di Indonesia!

Pendapat Ganjar karena salah satu kejadian bunuh diri itu diduga dilatarbelakangi persoalan utang piutang. Insiden itu menimpa Kapolsek Karangsembung, Kebumen bernama Inspektur Polisi dua (Ipda) Nyariman.

"Maka kalau kita bisa melihat kondisi anggota yang ada di bawah, apakah mereka cukup, bisa tercukupi pada kondisi minimalnya. Menurut saya akan bisa membantu," kata Ganjar di Mapolres Jepara, Kamis, 6 Oktober 2016.

4 Selebgram Indonesia yang Putuskan Bunuh Diri, Terbaru Meli Joker Saat Live Instagram

Ganjar berpandangan, persoalan kesejahteraan anggota polisi pasti juga berdampak pada sikap profesionalisme saat menjalankan berbagai tugas di lapangan. Bagi polisi, jika kondisi ekonominya belum sejahtera, membawa senjata merupakan satu hal yang berbahaya.

"Maka akan bahaya, orang belum bekecukupan tapi memiliki senjata. Itu (senjata) bisa digunakan untuk itu (bunuh diri)," katanya.

5 Fakta Meli Joker Tewas Bunuh Diri, Ternyata Pernah 4 Kali Coba Akhiri Hidup

Ia berharap meski kini kesejahteraan itu belum sepenuhnya cukup, namun pelan-pelan pemerintah akan menyelesaikan. Ganjar mengaku telah berdiskusi banyak dengan Komisioner KPK RI Basaria Panjaitan terkait usulan kesejahteraan polisi yang diusulkan ke Presiden Joko Widodo.

"Waktu KPK bicara ke Presiden, Presiden setuju meningkatkan kesejahteraan polisi. Meskipun tidak bisa langsung tapi pelan-pelan. Remunerasi makin naik, tunjangan kesejahteraan juga makin bagus," kata Ganjar.

Di samping itu, mantan anggota DPR itu juga mendorong agar tes fisik dan psikologi kepolisian bisa dilakukan rutin untuk menekan angka bunuh diri pewira polisi. "Maka ini harus dikontrol dengan baik. Agar mereka tetap bekerja sesuai tugas pokok dan fungsinya dan memberikan pelayanan secara baik," katanya.

Di Jawa Tengah, baru-baru ini memang terjadi dua kali aksi bunuh diri yang dilakukan  anggota polisi. Kejadian pertama menimpa seorang anggota Brimob yang bertugas di Yogyakarta, Bripka Iwan Rudiyanto. Ia tewas mengenaskan usai pistol miliknya meledak di kepalanya. Peluru pun menembus batok kepala warga Desa Padureso Kabupaten Purowrejo Jawa Tengah itu. Dari pemeriksaan, kuat dugaan aksi menembak kepala itu sengaja dilakukan lantaran Bripka Iwan Rudiyanto sedang terbelit masalah keluarga.

Aksi bunuh diri kedua menimpa Kapolsek Karangsumbung Jawa Tengah. Pria berpangkat Inspektur Dua Ngariman itu bunuh diri dengan cara menggantung lehernya di ruang kerja Polsek Karangsumbung.

Dugaan menguat bunuh diri itu dilakukan Ngariman karena ia terbelit utang sebesar Rp250 juta kepada sesama angota polisi. Uang itu berawal dari janji Ngariman untuk memasukkan seorang anak polisi untuk menjadi anggota.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya