Detik-detik Ledakan Bom Samarinda yang Tewaskan Intan Olivia

Intan Olivia Marbun (2,5 tahun), korban ledakan bom di Gereja Oikumene saat akan dirujuk ke Rumah Sakit AW Sjahranie Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Amirulloh

VIVA.co.id – Suara ledakan mengubah suasana di Gereja Oikumene, Samarinda usai menjalankan ibadah pada Minggu pagi kemarin. Takut dan tegang yang terlihat di dalam gereja tersebut.

Bantu Perangi Terorisme di Afrika, Adakah Niat Terselubung Amerika?

Para orangtua berlarian mencari anaknya, memastikan agar tidak menjadi korban ledakan. Namun nahas, bom tersebut mengenai seorang bocah berusia 2,5 tahun bernama Intan Olivia Marbun.

Bocah perempuan itu tergeletak di depan gereja. Kondisinya sudah sangat parah terkena serpihan api dari bom yang dilemparkan pelaku teror.

Pemkab Tangerang Benarkan PNS Mereka Ditangkap Densus

Diana, ibu dari Intan menceritakan detik demi detik kejadian yang membuat anaknya meninggal dunia itu.

Pada saat kejadian, kata Diana, kondisi dalam gereja tengah bersalam-salaman pasca ibadah. Intan bersama temannya keluar gereja terlebih dahulu daripada orangtuanya.

IDI Sukoharjo Minta Kasus Sunardi Tak Dikaitan dengan Profesi Dokter

Selang beberapa menit saat Intan keluar gereja, kemudian bom itu meledak. "Saat meledak, kami semua kaget dan langsung mencari Intan yang tidak berada di sekeliling kami. Ternyata saat ayahnya mencari, Intan sudah di luar dengan kondisi terkapar dengan api yang masih membara di depan gereja," ujar Diana saat bebincang di tvOne, Selasa, 15 November 2016.

Diana dan suaminya yang dalam kondisi takut serta kalut itu langsung membawa anaknya ke rumah sakit terdekat. Kondisi Intan saat itu masih hidup namun sudah kritis. Sebab dokter menyatakan jika luka bakar sudah mencapai 80 persen.

Enam jam pasca dilarikan ke rumah sakit, akhirnya Intan dirujuk ke rumah sakit lain untuk menjalankan operasi. Namun, takdir berkata lain, bocah perempuan yang cantik itu meninggal.

Trauma akibat ledakan dan ditinggal putri kecilnya itu membuat Diana tidak gentar. Dia meminta kepada penegak hukum agar mengusut tuntas pelakunya dan menjadikan kasus ini sebagai yang terakhir kalinya.

"Biar putri kami jadi korban yang terakhir. Kami cuma ingin beribadah dengan tenang. Tolong pemerintah usut setuntas-tuntasnya," ucap Diana.

Ledakan bom molotov di Gereja Oikumene Samarinda terjadi pada Minggu, 13 November 2016, sekira pukul 10.15 waktu setempat. Diketahui ada seorang pria bernama Juhanda alias Jo (37) datang ke halaman gereja dan melampar bom molotov.

Saat itu, ada empat anak-anak sedang bermain di halaman. Bom mengenai mereka, termasuk empat kendaraan roda dua yang sedang terparkir. Seluruh korban mengalami luka bakar dan langsung dilarikan ke RS.

Sementara pelaku berhasil dibekuk dan diserahkan ke kepolisian. Dari pemeriksaan terungkap jika Juhanda ternyata mantan residivis dalam kasus bom pada 2011. Hingga kini motif pelaku masih diselidiki kepolisian dan tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya