Memanen Air dari Kincir 'Habibie' di Banjarnegara

Kincir air karya asli warga lulusan Sekolah Dasar, Irhamto (36), menjadi solusi krisis air bagi warga di desa-desa Kabupaten Banjarnegara, Selasa (20/12/2016)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id – Raut muka ceria tampak di wajah kerumunan anak-anak siang itu. Mereka begitu antusias bermain air yang mengucur deras di pancuran di desa mereka. Maklum, melimpahnya air merupakan momentum langka bagi warga setempat.

Elektabilitas Irjen Ahmad Luthfi Tertinggi di Pilgub Jateng

Mereka adalah warga yang tinggal di Desa Pandansari, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara. Berada di lokasi dengan geografis pegunungan dengan air melimpah, tak lantas membuat warga tercukupi kebutuhan air bersih. Hal itu disebabkan lokasi kampung yang lebih tinggi dari sumber air.

Selama puluhan tahun, warga harus susah payah mengambil air untuk memenuhi kebutuhan hidup. Saban hari mereka harus rela memikul air untuk dibawa ke rumah masing-masing. Adapula warga yang rela membayar ongkos tukang pikul air dengan biaya tak murah.

Balon Udara Muncul di Ketinggian 9.000 Feet, AirNav Semarang Minta Pilot Waspada

"Berbagai cara sudah kita lakukan agar air dari mata air bisa naik ke rumah-rumah warga. Tapi selalu gagal, karena memang sumber air berada jauh di bawah desa," kata Kades Pandansari, Hafidz Albadar kepada VIVA co.id, Selasa, 20 Desember 2016.

Sosok Irhamto (36) rupanya mampu membuat senyum warga kembali semringah. Berkat tangan dinginnya, Irhamto mampu memecah kebuntuan warga yang selama puluhan tahun kesulitan mengambil air bersih.

Wisatawan di Kota Semarang Capai 350 Ribu Orang Saat Libur Lebaran, Kota Lama Terbanyak Dikunjungi

Warga Karang Tengah Banjarnegara itu mampu mengkreasikan sebuah kincir air sederhana pemompa air. Namanya Pompa Air Tenaga Kincir Air Batu Bana. Pompa dari kincir air ini memiliki cara kerja yang mampu mengangkat air dari daerah rendah ke daerah lebih tinggi.

Jika biasanya kincir air digunakan untuk menghasilkan listrik, tapi Irhamto mampu mengkreasikan cara kerja pemanfaatan energi gerak kincir air untuk menggerakkan pompa piston. "Saya buat alat ini secara otodidak. Saya awalnya mikir bagaimana air bisa dinaikkan ke rumah warga yang lebih tinggi. Lalu saya otak-atik kincir air," ujar Irhamto.

Ide sederhana kincir air penyedot air itu, kata Irhamto, terinspirasi dari kincir air buatan kakeknya di Kabupaten Pekalongan puluhan tahun silam. Namun, karya sang kakek hanya sebatas kincir air untuk menghasilkan tenaga listrik.

Di tangan Irhamto, ide itu berkembang dengan ajaib. Kincir air sederhana yang digerakkan aliran air itu mampu mengangkat air dengan ketinggian 150 meter. Sehingga dengan mudah air dari bawah itu bisa dialirkan ke bak penampungan, lalu mengalir ke rumah-rumah warga.

"Alat yang saya buat ini sangat hemat. Kalau warga harus menaikkan air pakai diesel, pasti butuh bahan bakar minyak (BBM) yang banyak. Sedangkan pakai kincir air ini, hanya butuh perawatan saja," ujar bapak dua anak itu.

Lulusan SD
Sebagai penemu, Irhamto bukanlah seorang sarjana perguruan tinggi. Pria kelahiran Pekalongan, 20 Juli 1979 itu hanya tamat Sekolah Dasar (SD), tepatnya di SD Karang Tengah, Kecamatan Batur, Banjarnegara.

Di tanah kelahirannya, Irhamto dibesarkan oleh keluarga yang terbilang penuh keterbatasan. Sehingga untuk mencukupi hidup, ia terbiasa mandiri dan melakukan apa-apa sendirian. "Saat kecil, saya sering diolok-olok teman. Mereka sering bilang saya 'Habibie', karena sering buat sendiri mainan saya. Seperti sepeda ontel rakitan, mobil-mobilan hingga miniatur mainan lainnya," kenang Irhamto.

Sejak saat itu, Irhamto terus mengembangkan bakatnya secara otodidak. Untuk pompa air tenaga kincir air miliknya ditemukan pertama tahun 2012 lalu di di Ponowareng, Banjarnegara. Alat yang pertama kali dibuat adalah sebuah pompa kincir berkekuatan 75 vertical dan mampu mengaliri 150 rumah warga kekurangan air bersih.

"Pertama kali buat habis Rp45 juta. Saya biayai pribadi dengan utang di bank. Lalu saya lakukan eksperimen ngelas sendiri," ujarnya.

Kincir air penyedot air buatan Irhamto lalu dinyatakan sebagai teknologi tepat guna. Oleh Bappeda Banjarnegara, ia diminta membuat pompa air tenaga kincir air itu ke sejumlah desa yang kesulitan air. Sampai akhirnya pada 2013 alat itu menang lomba kreasi dan inovasi tingkat kabupaten.

Lalu di tahun 2014, inovasi Irhamto meraih juara satu dari Badan Penelitian dan Pengembangan Jawa Tengah. Di tahun yang sama kincir ajaib buatan Irhamto kemudian mendapatkan Hak atas Kekayaan Intelektual (Haki) di Indonesia.

"Saat juara provinsi, saya pernah dipanggil Insinyur Hamto oleh pembawa acara (MC), karena nama depan saya IR. MC tahunya saya seorang insinyur, padahal hanya tamat SD," ujar Irhamto.

Anak-anak menikmati air bersih di Banjarnegara Jawa Tengah

FOTO: Anak-anak di Desa Pandansari Kabupaten Banjarnegara menikmati mandi dengan air bersih yang dialirkan dari mesin kincir air ciptaan warga desa, Selasa (20/12/2016)/Dwi Royanto

Di kancah nasional, alat itu pun mendapat perhatian khusus. Terbukti saat gelaran Hari Teknologi Nasional (Harteknas) di 2015, Jawa Tengah akhirnya memboyong penghargaan Budi Pura Kencana dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Secara keseluruhan pompa air tenaga kincir buatan Irhamto telah diuji coba di sembilan wilayah di Indonesia. Masing-masing tujuh alat di Banjarnegara, satu alat di Banyumas dan satu lagi di Ciremai, Jawa Timur. Akhir tahun ini, alat itu diminta untuk dipasang di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).  

"Organisasi otomotif ternama Indonesia juga sudah minta saya untuk mengujicoba alat saya ke daerah terisolir di Nusa Tenggara Timur," ujarnya menambahkan.

Dilirik Jepang
Profil Irhamto mampu membuat pompa air hemat energi dan ramah lingkungan rupanya dilirik oleh negara lain. Sebuah universitas terkemuka di Jepang bahkan beberapa kali membuat penawaran agar Irhamto bisa mengaplikasikan temuannya di sana.

"Katanya alat ini mau diterapkan dalam temuan teknologi tepat guna di Nepal. Tapi saya belum siap, soalnya persiapan bahasa juga," katanya.

Hingga kini, Irhamto terus berkarya mengembangkan alat itu di bengkel sederhana miliknya di Banjarnegara dan Banyumas. Bersama empat temannya, ia juga membuka pelatihan singkat terkait teknologi pompa air kincir air itu.

"Saya hanya ingin alat ini jadi produk kemasyarakatan untuk diberdayakan. Setidaknya, saya bisa memberikan sumbangsih daulat energi di pedesaan. Ikut nyengkuyung (bantu) pogram pemerintah juga, " tutur dia.

Sementara, Kepala Balitbang Jawa Tengah, Tegoeh Winarno Haroeno mengaku sangat mengapresiasi temuan penting Irhamto. Menurut Tegoeh, alat itu menjadi bagian dari visi misi Jateng yakni kedaulatan atau kemandirian enegi. "Kalau energi fosil sudah banyak dan habis. Tapi energi terbarukan khususnya air kita berdayakan. Seperti apa yang kita lakukan di desa Pandansari ini, " katanya.

Lebih jauh, Tegoeh mengaku telah mengembangkan  pompa air tenaga kincir milik Irhamto sebagai alat multifungsi. Selain untuk menyedor air, tapi juga  sebagai pembangkit listrik. "Apa yang Balitbang lakukan ini jadi rintisan. Selanjutnya kita usulkan untuk dihilirisasi melalui replikasi di dinas PSDA untuk pompa. Sementara untuk listrik kita rekomendasi ke Dinas ESDM."

(mus) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya