Tahun Baru Berlalu, Pantai Parangtritis 'Dikepung' Sampah

Sampah menumpuk di Pantai Parangtritis, Yogyakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Daru Waskita

VIVA.co.id – Belasan ribu wisatawan memadati Pantai Parangtritis dan Dedok Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pendapatan dari retribusi obyek wisata laut ini mencapai Rp11,5 miliar sepanjang 2016.

Penumpang Mobil Berpelat F Ini Dicari Netizen hingga Dikecam Ridwan Kamil

Namun, sayangnya pendapatan yang tinggi, justru meninggalkan pekerjaan rumah dengan menumpuknya sampah di sepanjang garis pantai.

Jumlah para petugas kebersihan seperti tidak sebanding, dengan menumpuknya sampah sisa pengunjung dan yang dibawa dari laut menuju bibir pantai.

Lebih dari 20 Ribu Orang Didenda Rp 3,4 Juta karena Menyampah di Singapura

Kondisi ini jelas sangat mengganggu wisatawan yang kerap menikmati makanan seafood yang ada di pinggir pantai. Ditambah lagi, hewan lalat yang mengerumuni sampah membuat situasi semakin tidak nyaman.

"Ya, jelas kalau sampah di depan warung makanan mengganggu kenyamanan wisatawan yang akan bersantap ikan laut," kata Dardi Nugroho, pemilik warung makan seafood Salsabila II, di Pantai Depok, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Senin, 2 Januari 2016.

Bobby Nasution Perketat Perda Buang Sampah, Denda Bakal Rp 10 juta atau 3 Bulan Penjara

Menurutnya, setiap libur panjang dan pantai sangat ramai dengan pengunjung dipastikan pantai akan kotor ditambah malam sebelum hujan deras, sehingga sampah di sungai masuk ke laut dan terdampar di tepi pantai.

"Kondisinya memang seperti ini. Ditambah kebiasaan wisatawan untuk membuang sampah di tempat yang disediakan juga masih rendah," keluhnya.

Sementara itu, Henry, pemilik warung makan seafood Mbah Budi mengaku hanya warung seafood yang dipinggir pantai saja yang terganggu oleh sampah, sedangkan warung makan seafood yang berada di sisi tengah lumayan bersih.

"Paling merasakan warung makan seafood pinggir pantai akibat sampah menumpuk. Harusnya, pemerintah mengalokasikan tenaga kebersihan lebih banyak, terutama saat libur panjang seperti sekarang," jelas Henry. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya