TNI AU Butuh Tambahan Radar untuk Deteksi Pesawat Asing

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memimpin sertijab Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) dari Marsekal TNI Agus Supriatna kepada Marsekal TNI Hadi Tjahjanto di Lanud Halim Perdanakusuma, Jumat, 20 Januari 2017.
Sumber :
  • Anwar Sadat

VIVA.co.id – TNI Angkatan Udara mengajukan penambahan radar untuk melengkapi kekurangan radar yang dimiliki Indonesia. Setidaknya TNI AU mengajukan 12 tambahan dari 20 radar yang kini telah dimiliki.

Kepala Staf TNI AU Datangi Kantor Prabowo, Jadi Beli Jet Tempur Baru?

Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, 20 radar yang dimiliki saat ini kurang maksimal untuk memantau wilayah. Dikarenakan 20 radar itu tidak aktif selama 24 jam, melainkan bergantian rata-rata 16-18 jam.

Dengan adanya penambahan tersebut, nantinya diharapkan pantauan wilayah terhadap pesawat yang masuk Indonesia tanpa izin bisa lebih maksimal. Upaya ini, menurut dia, untuk mendukung program poros dunia yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo.

Asli Buatan Indonesia, Ini Penampakan Radar Canggih Armed TNI

“Radar yang mengarah ke negara tetangga harus bisa mendeteksi secara dini ketika ada pesawat asing yang masuk,” katanya dalam kunjungan ke Monumen Ngoto, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Kamis 26 Januari 2017.

Hadi menyebut program selanjutnya adalah peremajaan alutsista yang dimiliki oleh TNI AU. Beberapa di antaranya sudah direncanakan oleh Kementerian Pertahanan adalah mengganti pesawat F4.

Prabowo Luncurkan Kapal Cepat Rudal, DPR: Sangat Bermanfaat di Natuna

Tahun lalu, pesawat ini sudah dipensiunkan karena faktor usia. Tahun ini TNI AU tengah menanti pesawat baru yang digadang-gadang merupakan generasi 4,5.

Selain pesawat F4, Hadi menyebutkan rencana pemuktahiran pesawat T50. Upaya ini dilakukan untuk menambah persenjataan dan radar yang dimiliki.

“Pesawat T50 kita itu kan belum baik persenjataan, dan belum punya radar, itu juga akan diperbarui,” tuturnya.

Dia menambahkan, ke depan TNI AU segera membenahi sistem yang ada dan pendidikan prajurit. Pembenahan ini dilakukan untuk mengurangi risiko pesawat jatuh.

“Tentu kami sesuaikan dengan kemampuan keuangan negara, tapi kami terus mencoba biar tidak kalah dengan negara lain,” katanya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya