Gara-gara Buku Kiri, Telkom University Skors Dua Mahasiswa

Komandan Kodim 0712/Tegal Letkol Inf Hari Santoso menunjukkan lima judul buku tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) yang disita dari sebuah mal, di Kodim 0712 Tegal, Jawa Tengah, tahun lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

VIVA.co.id - Kampus Telkom University Bandung menskors dua mahasiswanya karena membuka perpustakaan yang menyediakan buku-buku tentang sosialisme-komunisme atau disebut juga buku kiri. Kedua mahasiswa itu membuka lapak Perpustakaan Apresiasi untuk umum dan gratis di sekitaran pelataran.

Kawasan Lembang Padat Merayap, Antrean Kendaraan Mengekor hingga Kota Bandung

Para mahasiswa yang dikenai sanksi skorsing itu, antara lain, Fidocia Wima Adityawarman, mahasiswa Jurusan Bisnis Telekomunikasi dan Informatika; dan Sinatrian Lintang Raharjo, mahasiswa Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Sinatrian Lintang Raharjo. Mereka diskors mulai 16 Januari sampai 15 Maret 2017.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Telkom University, Dedi Kurnia Syah menjelaskan, bahwa pada dasarnya kampus tidak melarang mahasiswa membuka perpustakaan itu, termasuk membaca atau mengkaji buku-buku tentang Marxisme, sosialisme, maupun komunisme. Namun buku-buku kiri itu hendaknya dikonsumsi terbatas dan tidak dipropagandakan, termasuk disebarkan melalui perpustakaan.

Sosok Ini yang Membuat Adik KH Agus Salim Tertarik Masuk Katolik

Menurut Dedi, Wakil Rektor telah mengingatkan kedua mahasiswa itu agar tidak mempropagandakan buku-buku kiri. "Ditanya sama Warek (Wakil Rektor), 'Apa kalian tidak tahu buku ini diimbau untuk tidak dikonsumsi terbuka'. Artinya boleh (dibaca/dikaji), hanya tidak perlu dipropagandakan," katanya kepada VIVA.co.id pada Kamis, 2 Maret 2017.

Kampus, kata Dedi, sebenarnya sudah beberapa menggelar sidang etik kepada mahasiswa itu, yang pada dasarnya untuk mengingatkan dan pendekatan persuasif. Namun "Tidak ada itikad baik dari mahasiswa yang melanggar, padahal sudah disidang etik berkali-kali sejak 2016."

Sekda Ema Sumarna Mengundurkan Diri Usai Jadi Tersangka Suap Bandung Smart City

Dia menyebut para mahasiswa itu "Justru malah demo; menyebarkan berita bohong seolah-olah hak literasi dibatasi."

Menurutnya, kampus mendukung kegiatan literasi, seperti yang sering digelar para mahasiswa. Bahkan, kegiatan rutin di masing-masing fakultas kerap digelar. Berbagai area di kawasan kampus selalu menjadi wahana literasi para mahasiswa.

"Terbukti ada kajian setiap minggunya oleh dosen; ada kajian mahasiswa di kantin, masing-masing fakultas dan berlangsung lama. Aneh kalau disebut tidak ramah literasi," katanya.

Perpustakaan Apresiasi

Perpustakaan Apresiasi dipersoalkan kampus Telkom University pada Rabu, 9 November 2016. Perpustakaan itu, selain menyediakan buku-buku umum, juga menghadirkan tiga buku yang dianggap sensitif, yaitu Manifesto Partai Komunis yang ditulis Karl Marx dan Friedrich Engels serta dua buku terbitan Tempo, yakni Buku Edisi Orang Kiri Indonesia: Njoto - Peniup Saksofon di Tengah Prahara dan Musso - Si Merah di Simpang Republik.

Fidocia Wima Adityawarman mengatakan, sebenarnya lapak buku gratis atau yang dikenal dengan Perpustakaan Apresiasi rutin dibuka sejak tahun 2014. Namun baru kali ini izinnya dipersoalkan pihak kampus.

Mengenai keberadaan buku-buku kiri yang dianggap berbahaya, kata Edo, mereka hanya berniat membuka akses luas terhadap literasi bagi mahasiswa Telkom University. Begitu juga mengenai sejarah kiri di Indonesia.

“Pelarangan terhadap kegiatan Perpustakaan Apresiasi, yaitu melapak, membaca buku, diskusi, sampai aksi bersama teman-teman Aliansi Mahasiswa Peduli Literasi masih dianggap gagal dilihat sebagai budaya yang maju,” kata Fidocia. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya