Kisah Hoax di Zaman Nabi

Ilustrasi/Peringatan Maulid Nabi 2016
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rahmad

VIVA.co.id – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan betapa buruknya dampak pemberitahuan atau informasi palsu yang kini tren dengan istilah hoax. Sejarah hoax, kata dia, sudah ada sejak masa awal Islam, yang dampak buruknya tercatat dan bisa dipelajari sampai sekarang.

Tanggapi Berita Hoax, Depe: Setiap yang Viral, di Situ Ada Dewi Perssik!

Lukman lalu mengisahkan kondisi sosial-politik Tanah Arab sepeninggal Rasulullah Muhammad SAW belasan abad silam. Setelah Rasul wafat, jenazahnya tidak segera dikubur, karena para sahabat tidak kunjung mencapai kata sepakat dalam hal mekanisme pergantian pimpinan di lingkungan umat Muslim.

"Lalu disepakatilah Abu bakar As-Shiddiq sebagai pengganti Rasulullah, setelah itu Umar bin Khattab, kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Usman bin Affan," kata Lukman dalam orasi ilmiahnya di acara wisuda ke-78 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur, Sabtu, 19 Maret 2017.

Dikabarkan Meninggal Dunia, Gilang Dirga Tak Marah, Kenapa?

Di akhir kepemimpinan Khalifah Usman, lanjut Lukman, gejolak sosial-politik terjadi. "Dan Usman wafat dalam kondisi mengenaskan di tangan seorang muslim yang hafidz, hafal Alquran," katanya.

"Sejarah kelam itu terulang ketika khalifah Ali bin Abi Thalib menggantikan Khalifah Usman. Sahabat Ali bin Abi Thalib wafat dengan kondisi dan cara yang sama."

Heboh, Warga Tasikmalaya Diterpa Berita Hoax Kiai Tewas Bersimbah Darah

Peristiwa mengenaskan yang mewarnai pergantian dua kepemimpinan itu terjadi, kata Lukman, didorong oleh gosip dan rumor politik yang sampai sekarang belum tentu benar adanya.

"Ketika itu Khalifah Usman bin Affan diduga dan diisukan KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). Sampai sekarang rumor itu belum terkonfirmasi kebenarannya," ujarnya.

Sejak itu, terang Lukman, polarisasi, fragmentasi dan faksi-faksi muncul di tubuh umat Islam. "Bukan hanya dalam hal politik dan kekuasaan, tapi juga dalam hal faham-faham keagamaan. Tentu bukan tanpa tujuan Tuhan mentakdirkan peristiwa-peristiwa itu. Kita diminta untuk belajar dan mengambil apa hikmah di balik peristiwa sejarah itu," ujarnya.

Lukman menyebut rumor dan gosip yang mewarnai perjalanan kelam penggalan sejarah Islam itu sebagai fitnatul qubro, fitnah yang luar biasa. Fitnah besar itu terus menjadi ujian bagi umat Islam sampai saat ini dalam bentuk dan istilah lain, yakni hoax.

"Betapa dahsyatnya berita hoax dan implikasinya luar biasa," ujarnya.

Lukman berharap, generasi Muslim masa kini mengedepankan kearifan dan cara pandang yang bijak dalam menyikapi segala hal yang diterima, termasuk menerima informasi-informasi keagamaan.

"Tanpa kearifan, kita bisa dibikin lupa diri dan semakin mengembangkan dan membesarkan paham-paham yang hanya melihat dari satu sisi saja, sisi dirinya. Menganggap diri benar dan menegasikan pihak lain. Fanatisme sedemikian rupa sehingga menutup wisdom dalam diri kita," kata Lukman.

Sementara itu, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Abdul A'la, berpesan kepada para anak didiknya agar berusaha keras menjadi generasi yang bermanfaat kepada masyarakat dan umat.

"Tolong Anda sebagai sarjana, jangan suka menjual hoax, jangan suka menyebar fitnah. Tapi juallah kualitas Anda," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya