Kata Wapres JK Soal Hubungan Agama dan Politik

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fajar Ginanjar Mukti

VIVA.co.id – Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menilai, sentimen agama tak akan pernah bisa terlepas dari kondisi perpolitikan di suatu negara, termasuk Indonesia. Hal itu menyusul adanya pandangan bahwa dilibatkannya agama dalam politik, termasuk dilibatkannya juga aspek-aspek primordial lain yang membuat Indonesia beragam, yaitu suku, ras, dan golongan, menjadi penyebab terciptanya gesekan antara masyarakat dalam sejumlah penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), termasuk di Ibu Kota.

JK Sebut Penundaan Pemilu Langgar Konstitusi

Menurut JK, politik tidak akan pernah bisa terlepas dari aspek-aspek eksternal yang memberi pengaruh. Mengingat, politik merupakan suatu proses pelaksanaan kehidupan bernegara. Sementara sebagai suatu negara, Indonesia terdiri dari ratusan ribu rakyat yang memiliki banyak latar belakang. Latar belakang - latar belakang itu adalah faktor yang mempengaruhi sikap politik mereka.

"Jadi tidak bisa dipisahkan 100 persen (antara politik dan agama). Bahwa, dalam politik itu ada pengaruh-pengaruh luar. Apakah itu soal ideologi politik, soal agama, apakah itu soal ras, selalu ada pengaruh juga bagi yang berpolitik itu," ujar JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa, 2 Mei 2017.

Kata Jusuf Kalla Soal Kabar Cak Imin-Anies Masuk Bursa Pilpres 2024

Dia mencontohkan kondisi politik di Amerika Serikat, negara yang disebut paling mengagung-agungkan demokrasi sebagai cara bagi rakyatnya bernegara. Sentimen agama, bahkan ras, sangat memengaruhi kondisi politik di sana.

Hal itu tercermin dari baru terpilihnya John F Kennedy, Presiden AS pertama yang beragama Katolik, pada 1961, 185 tahun setelah Amerika merdeka. Sementara Barack Obama yang merupakan Presiden AS pertama yang berkulit hitam, baru terpilih pada 2009, 233 tahun setelah Amerika merdeka.

Saat Jusuf Kalla Cerita ke Gus Miftah Tentang Kisah Inspiratifnya

Tanpa disadari menurutnya, hal serupa juga terjadi di Indonesia. Salah satu faktor eksternal dalam berpolitik, yaitu sentimen ras, menyebabkan suku Jawa selalu mendominasi pemegang kekuasaan di Indonesia sejak merdeka hingga sekarang.

"Orang berpolitik, ya, orang mengambil keputusan, pasti ada yang memengaruhinya. Itu menurut saya biasa. Dia akan terpengaruh dari efek-efek luar. Selalu begitu, di belahan dunia mana pun. Tidak bisa di pisah 100 persen (politik dengan faktor-faktor yang memengaruhinya). Karena (yang berpolitik) manusia, kecuali robot," ujar JK. (mus)

Stok minyak goreng di Ratu Swalayan, Kota Malang.

Kritik Pemerintah soal Anomali Pasar Migor, PKS: Jangan Bikin PHP

Pemerintah diminta bertindak mengatasi ketimpangan harga jual migor dengan harga CPO yang kian melebar.

img_title
VIVA.co.id
11 Juli 2022