BNPB Sebut 1.000 Bencana dan Ratusan Tewas pada 2017

Sejumlah anggota Basarnas Kota Padang, mengevakuasi korban longsor yang berada di dalam mobil pick up di daerah Koto Alam, Pangkalan, Limapuluh Kota, Sumatera Barat, Sabtu (4/3).
Sumber :
  • ANTARA/Muhammad Arif Pribadi

VIVA.co.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut ribuan bencana alam terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia sepanjang 2016 sampai 2017.

Banjir Melanda Rusia, Lebih dari Sekitar 15.000 Rumah Terendam

Pada 2016, tercatat 2.384 kasus bencana dengan 521 orang meninggal dunia dan tiga juta menderita serta mengungsi. Ada jutaan masyarakat tinggal di daerah rawan bencana. Hingga Mei 2017, sudah terjadi 1.000 bencana dan lebih 160 orang tewas.

"Termasuk yang hilang. Kemudian 1 juta (orang) lebih mengungsi,” kata Kepala BNPB, Willem Rampangilei, saat berbicara pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan di kampus Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, pada Senin, 8 Mei 2017.

5 Ramalan Jayabaya yang Terjadi di Tahun 2024, dari Bencana Alam hingga Situasi Politik

Intensitas bencana dari tahun ke tahun yang cenderung meningkat itu melatarbelakangi Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan. BNPB berharap peran masyarakat dalam menanggulangi risiko bencana dapat lebih ditingkatkan.

“Tidak mungkin hanya pemerintah yang melakukan penanggulangan bencana. Perlu ada peran masyarakat. Perlu diketahui, 35 persen orang selamat bencana karena kapasitas individunya. Jadi konsep penanggulangan bencana harus berbasis pada masyarakat,” katanya.
 
Ratusan rawan bencana
 
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2015-2019, ada 136 kabupaten/kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi signifikan namun rawan bencana.

Bukan Hanya Terbelah, Raja Jayabaya Juga Ramal Pulau Jawa Bakal Tenggelam

“Ini harus diturunkan 30 persen pada akhir 2019. Kegiatan ini diharapkan mampu menurunkan indeks bencana. Hasil-hasil riset implementasinya masih kurang, perlu ditingkatkan, dan ada beberapa hal penting yang perlu dikaji," kata Willem.

Rektor UI, Muhammad Anis, berpendapat bahwa wajar negara kepulauan seperti Indonesia rawan bencana. Bagi UI, kondisi dan tantangan itu dapat dijadikan laboratorium guna menggali potensi sumber daya pengetahuan Indonesia tentang kebencanaan, penanggulangan hingga pencegahan.

Civitas akademika UI, kata Rektor, telah menghasilkan sejumlah riset inovasi tentang penanganan bencana, di antaranya kapal tanpa awak yang diberi nama Makara-05. Kapal itu karya mahasiswa UI yang tergabung dalam AMV-UI dan dapat digunakan sebagai pengganti kerja manusia di permukaan maupun dalam laut guna menunjang aktivitas di bidang seperti keamanan, penelitian bawah laut, serta penanganan bencana. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya