MUI Curiga AS Intervensi Konflik Politik di Qatar

Konferensi pers MUI
Sumber :
  • VIVA.co.id/Eduward Ambarita

VIVA.co.id – Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia menduga negara adidaya Amerika Serikat memengaruhi konflik politik di Timur Tengah. Dugaan ini menyusul sikap sejumlah negara teluk menarik hubungan kerja sama dengan Qatar. Situasi itu diyakini MUI merupakan upaya memecah belah negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim di kawasan tersebut. 

Serangan Balasan Iran ke Israel Bisa Picu Perang Dunia III, Begini Penjelasannya

"Bahwa ada dampak pengaruh dan terutama orang membacanya tidak terlepas dari kunjungan (Presiden AS) Donald Trump kemarin ke Saudi Arabia," kata Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin di Kantor MUI, Jakarta, Rabu 7 Juni 2017. 

Menurut Din, pesan yang dibawa Trump berkolerasi mengenai perseteruan saat ini yang tengah dihadapi negara teluk. Dalam pandangannya, lawatan Trump ke Arab Saudi meminta negara di Timur Tengah bersama-sama memerangi terorisme. 

Dukung TNI Pakai Istilah OPM, Bamsoet: Urusan HAM Bicarakan Kemudian, Saya Siap Pasang Badan

"Tidak perlu Amerika terlibat. Ini saya kira sebuah perintah. Pesan," kata dia.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu meminta agar konflik yang terjadi ini tidak berkembang. Dia menyarankan, pemerintah Indonesia dapat mengambil langkah strategis sebagai juru damai lantaran posisinya sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 

Gaya Nyentrik SZA Saat Lebaran,Bikin Heboh Netizen Indonesia: Lah dia Islam?

"Silakan pemerintah Indonesia menempuh cara terbaik. Atau dilakukan sidang darurat OKI (Organisasi Kerja sama Islam)  atau KTT di Indonesia," ujarnya.

Sementara itu, anggota Dewan Pertimbangan MUI Mahfud MD mengatakan, apa yang terjadi di Qatar bukan tidak lain adalah bentuk tindakan adu domba yang dilakukan Amerika Serikat. 

Bahkan bila ketegangan politik ini dibiarkan, dugaannya Amerika Serikat bisa mengambil keuntungan apalagi diketahui Qatar adalah salah satu produsen gas terbesar di dunia.

"Jadi sesudah Trump dari sana itu, perpecahan terjadi. Trump bisa mengambil keuntungan di sini adu domba itu mudah sekali dalam situasi seperti ini," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya