Jelang Pilgub Jabar, Ridwan Kamil Sindir Lembaga Survei

Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Adi Suparman

VIVA.co.id – Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil menjelaskan, keakuratan survei figur menuju Pemilihan Gubernur Jawa Barat bisa dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan jika dilakukan lembaga survei berpengalaman secara profesional.  

Kata Dedi Mulyadi soal Maju Pilgub Jabar, Jadi Ketua RT pun Siap!

Bahkan, jika terdapat lembaga survei yang bermunculan menjelang Pilkada, integritas dan profesionalitas keakuratan observasi dalam menghimpun tingkat popularitas dan elektabilitas figur, diragukan.

"Kalau lembaga survei itu, lihat track recordnya. Kalau usianya di atas lima tahun melakukan sebagai lembaga profesionalisme cenderung sudah punya keilmiahan yang bisa dipertanggung jawabkan," ungkap Ridwan Kamil di Bandung Jawa Barat, Rabu 5 Juli 2017.

RK Ngaku Rasional Maju Lagi di Pilgub Jabar: Hak Saya Gubernur Periode Kedua

Dia menambahkan, jika lembaga survei tersebut rutin mengikuti ajang quick count dalam pemilihan kepala daerah, jadi salah satu jaminan kredibilitas dalam menilai figur.  

"Kenapa dia selalu ikut quick count kan dalam perhelatan-perhelatan kan. Biasanya yang dianggap profesional itu kalau quick count nya itu paling  akurat. Lembaga lembaga itu saja," ujarnya.

Jika Bisa Dongkrak Suara Golkar, RK Diprediksi Diusung Jadi Calon DKI-1

Sedangkan untuk survei Pilgub Jabar yang diterbitkan oleh UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang menerbitkan popularitasnya tergeser oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, bukan perkara besar.

"Survei itu diterima sebagai bahan evaluasi, tapi khusus survei yang diberitakan kemarin ada sedikit pertanyaan yang enggak masuk ke logika saya, yaitu faktor statement bahwa popularitas menurun, itu saja," ujarnya.

Sebelumnya, Survei Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2018 Program Pasca Sarjana (PPS) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung menyatakan, popularitas dan elektabilitas Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar dan Sekda Jabar Iwa Karniwa, menggeser posisi Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.

Selain Deddy Mizwar dan Iwa Karniwa, Bupati Purwakarta dua periode, Dedi Mulyadi juga menunjukan hasil trend positif. Survei tersebut menunjukan popularitas dan elektabilitas figur yang layak maju mengalami perubahan.

Direktur PPS UIN Sunan Gunung Djati, Agus Salim Mansyur menjelaskan, berdasarkan hasil survei bakal calon Gubernur - Wakil Gubernur Jawa Barat untuk periode 2018-2022 per 22 Mei – 4 Juni 2017, terdapat lima figur yang mengalami peningkatan popularitas dan elektabilitas.

“Mereka adalah Deddy Mizwar, Ridwan Kamil, Dede Yusup, Iwa Karniwa, dan Dedi Mulyadi. Popularitas mereka mengalami fluktuasi jika dibandingkan dengan hasil survei pertama yang diselenggarakan 20 Maret – 1 April 2017,” ungkapnya dalam keterangan pers di Bandung Jawa Barat, Selasa 4 Juli 2017.

Dengan sampel 5 ribu warga Jawa Barat yang sudah memiliki hak pilih, menghasilkan Deddy Mizwar menempati posisi pertama menggeser Ridwan Kamil di tingkat popularitas.

Pada survei  bakal calon Gubernur - Wakil Gubernur Jawa Barat 20 Maret – 1 April 2017, popularitas Deddy Mizwar hanya 18,65 persen, sedangkan pada survei kedua, menjadi 19,71 persen.

"Sedangkan Ridwan Kamil menurun dari 24,28 persen pada survei pertama menjadi 18,49 persen pada survei kedua. ketiga bakal calon lainnya pun mengalami pergeseran, Dede Yusup (Anggota DPR RI) meningkat dari 15,68 persen menjadi 17,41 persen, Iwa Karniwa meningkat dari 8,99 persen menjadi 13,88 persen dan Dedi Mulyadi meningkat dari 10,70 persen menjadi 11,60 persen,” ujarnya.

Hasil penelitian PPS UIN, menunjukan bahwa tingkat elektabilitas mengalami pergeseran. Namun, tingkat elektabilitas Ridwan Kamil masih di peringkat pertama.

Pada survey pertama, elektabilitas Ridwan Kamil mencapai 55,11 persen, namun pada survei kedua, menurun, jadi 40,40 persen. Sedangkan Deddy Mizwar pada urutan kedua meningkat dari 16,30 persen menjadi 22,38 persen pada survei kedua.

Dede Yusup dari 11,68 persen meningkat menjadi 12,57 persen, Iwa Karniwa melejit dari 2,55 persen menjadi 10,44 persen dan Dedi Mulyadi meningkat dari 6,17 persen menjadi 10,08 persen.

“Berdasarkan pengamatan kami dari kelima besar bakal calon tersebut, Dede Yusup yang nampaknya pasif tidak melakukan sosialisasi dalam bentuk apapun, sehingga kami prediksi Dede Yusup mungkin sudah tidak tertarik lagi untuk mencalonkan diri menjadi Gubernur Jawa Barat,” terangnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya