Warga Gunungkidul Jual Ternak hingga Emas demi Air Bersih

Ilustrasi kekeringan
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id – Puluhan ribu warga Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, mulai kesulitan air bersih. Warga pun tak bisa menunggu penyaluran air bersih gratis yang diberikan Pemda yang memang sangat terbatas.

MUI: Salat Id yang Dilakukan Jemaah Aolia Tak Sesuai Syariat Islam

Tak ayal warga harus membeli air bersih dari truk tangki swasta meski harganya mahal. Bahkan, tak sedikit warga yang mulai menjual ternak hingga perhiasan untuk mendapatkan air bersih.

Hal itu terjadi salah satunya di Dusun Karang Desa Girikarto, Kecamatan Panggang. Banyak penampungan air hujan (PAH) milik warga yang mengering seiring dengan berakhirnya musim penghujan beberapa bulan terakhir.

Sosok Pemimpin Jemaah Aolia Gunungkidul yang Ngaku Telponan Sama Allah

"Sudah enam bulan terakhir ini saya harus beli air bersih Rp150.000 per tangki yang bisa digunakan untuk dua pekan. Bahkan saya sudah menjual emas (perhiasan)," kata Wasiyah, warga dusun setempat, Selasa 11 Juli 2017.

Menurutnya, satu tangki berisi 5.000 liter air dijual oleh pedagang yang setiap hari berlalu lalang di desanya. Selama ini warga di Girikarto memang hanya bisa mengandalkan air hujan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena sumur dan PDAM tak sampai ke tempat mereka. Air memang sangat berharga di tempat ini.

Jemaah Aolia Gunungkidul Gelar Salat Idul Fitri Hari Ini, Tak Ada Gema Takbir

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Budhi Harjo menyampaikan, dari data yang masuk ke pihaknya, sudah ada permintaan droping air bersih ke tujuh kecamatan, yakni Panggang, Purwosari, Tepus, Tanjungsari, Paliyan, Rongkop, dan Girisubo.

Tujuh kecamatan itu meliputi 32 desa, 254 padukuhan dengan jumlah kepala keluarga mencapai 9.046, dan total 45.230 jiwa. (ase)

Sosok pemimpin Masjid Aolia, KH Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranolo (Mbah Benu)

Klarifikasi Pimpinan Aolia Mbah Benu Soal Pernyataan Telepon Allah: Itu hanya Istilah

Pimpinan Masjid Aolia KH Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranolo (Mbah Benu) angkat bicara terkait pernyataannya yang mengaku ‘telpon Allah’ untuk menentukan Hari Raya Idul Fitri

img_title
VIVA.co.id
9 April 2024