Menkes Beberkan Indonesia Masih Perlu Waspada Stunting

Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Menteri Kesehatan RI Nila Farid Moeloek membeberkan sejumlah sebab anak Indonesia bisa mengalami kondisi stunting yakni kekurangan gizi kronis yang menyebabkan kondisi gagal tumbuh pada balita sehingga mengalami kependekan.

Sentil Kementerian Kesehatan, Jokowi: Jangan Bertele-tele!

Menurut Nila, kondisi sanitasi suatu lingkungan berperan memengaruhi kondisi tumbuh kembang anak. Sanitasi buruk yang masih mudah ditemukan di banyak kawasan kumuh di kota-kota di Indonesia ditengarai berkontribusi terhadap buruknya pula kondisi tumbuh kembang anak-anak di sana.

"Sanitasi itu berhubungan dengan air bersih. Kalau tidak ada air bersih, dia (anak) tidak pernah cuci tangan, cacing nanti bisa ikut masuk ke tubuh," ujar Nila usai rapat penanganan masalah stunting bersama Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Rabu, 12 Juli 2017.

Tips 4 Langkah Membuka dan Membuang Masker yang Benar

Selain itu, Nila menyampaikan, kesehatan ibu saat mengandung juga perlu diperhatikan. Nila mengatakan, ibu hamil harus sebisa mungkin terhindar dari anemia. Sebab, penyakit anemia atau kekurangan darah bisa melahirkan anak dengan berat badan rendah. Kondisi itu, selanjutnya membuat tumbuh kembang anak menjadi terganggu.

"Jangan (bayi) lahir dengan berat badan rendah. 1.000 hari kehidupan itu penting. Jadi selama di dalam kandungan, perlu terus diberi asupan gizi. Saya menyebutnya, 'stimulasi kasih sayang'. Supaya jadi betul-betul anak yang merasa diinginkan," ujar Nila.

Cara Cuci Tangan Paling Efektif Bunuh Virus Corona

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Puan Maharani menyampaikan, pemerintah sepakat untuk secara bertahap menurunkan angka kondisi stunting di Indonesia.

Menurut Puan, ada 50 kabupaten/kota di Indonesia yang akan menjadi lokasi penanggulangan kondisi stunting, misalnya dengan intervensi gizi, pada 2017. Pada 2018 hingga 2020, jumlah tersebut akan meningkat masing-masing menjadi 160 kabupaten/kota (2018), 390 kabupaten/kota (2019), dan 514 kabupaten/kota (2020).

"Di rapat koordinasi ini kami memetakan kembali mana yang sudah baik, belum baik, dan mana yang butuh perhatian khusus. Dan yang paling penting, yaitu keseimbangan gizi di tiap wilayah harus disesuaikan, karena 'empat sehat lima sempurna' untuk ibu dan anak itu tidak bisa disamaratakan untuk di Jawa, dan misalnya Sumatera. Jadi pola empat sehat lima sempurna ini akan kita sesuaikan di setiap daerah," ujar Puan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya