Kemenpar Gelar Pelatihan Bagi Karyawan Angkasa Pura II

Menteri Pariwisata, Arief Yahya.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Al Amin

VIVA.co.id – Semangat Indonesia Incoporated untuk membangun pariwisata Indonesia terus dikumandangkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Deputi Bidang Kelembagaan Kemenpar menggelar pelatihan dasar SDM Kepariwisataan yang kali ini lebih dikhususkan untuk para karyawan PT Angkasa Pura II Palembang dan beberapa Frontliner di Fave Hotel Palembang, Kamis 13 Juli 2017.

Kegep! Ada Cuplikan Sawah Bali dalam Video Promosi Pariwisata Filipina

Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Ahman Sya mengatakan, program bidangnya ini adalah sebagai upaya meningkatkan kualitas SDM pariwisata Indonesia, agar terus digenjot untuk kemajuan pariwisata dan percepatan segala bidang.

Selain itu, pelatihan ini untuk mencetak tenaga profesional guna menunjang pengembangan potensi pariwisata di daerah setempat.

Sandiaga Uno Ternyata Melow, Nangis Waktu Nonton Film Ini

“Dalam dunia pariwisata tidak pernah lepas dari masalah ‘Melayani dan Dilayani’ contoh terkait mengenai petugas bandara, dalam memberikan pelayanan di lingkungan bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II harus ramah dan prima kepada wisatawan yang datang, ini bagian dari ujung tombak juga,” kata Ahman Sya yang didampingi Asisten Deputi Bidang Pengembangan SDM Kepariwisataan Wisnu Bawa Tarunajaya di Palembang, Kamis 13 Juli 2017.

Pria asal Ciamis ini menyebut, pelatihan kali ini diikuti oleh 200 orang peserta Frontliner dari Angkasa Pura II Palembang, Hotel, Restoran dan Destinasi wisata lainnya. Pekerjaan di bandara, lanjut Ahman, harus dilakukan dengan sempurna. Hal tersebut untuk menghindari masalah yang dapat memberikan kesan yang tidak baik bagi pengguna jasa di bandara SMB II.

Akatara 2021 Bakal Gaet Pelaku Perfilman Senior

Bandara sendiri merupakan ujung tombak dan pintu masuk utama bagi pengembangan pariwisata di Sumatera Selatan. Menpar Arief Yahya sering menyebut bandara adalah first impression bagi wisman, kesan pertama yang diperoleh ketika masuk ke tanah air melalui bandara.

“Soal melayani dan dilayani tersebut jika tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan image yang kurang baik. Untuk memberikan pelayanan yang prima unsur 3 S, senyum sapa salam dapat diimplementasikan sehingga mendapatkan kualitas pelayanan yang baik,” ujar Ahman Sya yang diamini Wisnu.

Tampak hadir dalam pelatihan tersebut, Anggota Komisi X DPR RI Ir. Sri Meliyana, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan Irene Camelyn Sinaga, Plt. Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Selatan Joko Imam Santosa, dan GM Bandara SMB II Iskandar Hamid.

Anggota Komisi X DPR RI Ir. Sri Meliyana yang hadir sekaligus membuka pelatihan itu menyampaikan pentingnya Frontliner sebagai ujung tombak pariwisata nasional. Dikatakannya, sebagai frontliner, diharapkan dapat menampilkan kesan pertama yang baik bagi wisatawan yang datang ke Sumatera Selatan.

“Pelayanan prima akan membangun sektor pariwisata, sehingga tidak lepas dari peran serta industri jasa dan layanan. Operator bandara dan pemberi jasa pelayanan kepada penumpang,harus memberikan pelayanan terbaik. Yang paling mudah ialah dengan menebarkan senyuman kepada pengguna jasa bandara,” ucapnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut  Airport itu 75% gate bagi wisman ke tanah air. Kesan pertama tercipta dari pelayanan di bandara. "Inlah mengapa airport itu harus menghitung sisi hospitality, sambutan yang hangat," kata Arief Yahya.

Kesan pertama yang berpengaruh paling mendalam buat wisatawan yang masuk ke Tanah Air. "Baik buruk wajah depan kita, ditentukan oleh petugas di bandara! Merekalah yang membuat kesan pertama itu bermakna," kata Menpar Arief Yahya.

Oleh karena itulah, Pria asal Banyuwangi itu sangat perhatian dengan bandara-bandara tempat mendarat kali pertama wisman. Termasuk Angkasa Pura II yang mengoperasikan bandara di Indonesia barat, termasuk Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.

“Berbagai karakter wisatawan sering kita jumpai, hal itu wajar terjadi karena perbedaan latar belakang seperti pendidikan, budaya dan adat istiadat, lifestyle atau gaya hidup, tingkat ekonomi pendapatan dan status sosial wisatawan nusantara dan mancanegara yang beragam,” ujarnya.(webtorial)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya