- VIVA.co.id/Dwi Royanto
VIVA.co.id - Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, melarang warganya ikut aksi demonstrasi solidaritas untuk etnis muslim Rohingya di Candi Borobudur, Magaleng, Jawa Tengah. Menurutnya, tempat ibadah umat Buddha terbesar di Indonesia itu bukan lokasi tepat untuk berunjuk rasa.
"Saya katakan kepada warga Semarang, tidak perlu ikut-ikut berombongan berduyun-duyun aksi di Borobudur. Jangan lupa saya ingatkan, dukungan tidak perlu kita bareng-bareng ke sana," kata Wali Kota di sela tinjauan pembangunan sirkuit di Mijen, Semarang, pada Selasa, 5 Agustus 2017.
Selain melarang warganya berunjuk rasa di Candi Borobudur, Wali Kota menginginkan aksi solidaritas terhadap muslim Rohingya bisa dilakukan dengan hal-hal positif, misal penggalangan donasi, pengiriman bantuan maupun doa bersama.
Pemerintah Indonesia, dia mengingatkan, bahkan telah berupaya maksimal untuk turut menyelesaikan konflik di Rakhine, Myanmar, itu. Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, juga terus melobi langsung pemerintah Myanmar agar menghentikan kekerasan terhadap warga Rohingya.
"Pelanggaran kemanusiaan yang menimpa Rohingya itu patut dikecam. Tapi bukan dengan demo di Borobudur," ujarnya.
Selama ini, katanya, Borobudur tak hanya ikon ibadah umat Budha, namun juga objek vital situs sejarah dunia yang patut dijaga bersama. Jika aksi demonstrasi itu tetap digelar, ia khawatir akan merusak lingkungan masyarakat serta situs di dalamnya.
Pernyataan Wali Kota itu menanggapi rencana sejumlah organisasi menggelar demonstrasi yang disebut Aksi Bela Muslim Rohingya dalam bentuk Gerakan Sejuta Umat Muslim Mengepung Candi Borobudur pada 8 September 2017.
Aksi itu digelar untuk mendorong penyelesaian konflik Rohingnya di Myanmar. Berdasarkan pesan yang diterima VIVA.co.id, diklaim sudah ada 97 organisasi yang akan bergabung dalam aksi itu. (ase)